ERA.id - Lebih dari setengah populasi Australia yang berjumlah 25 juta orang pada Rabu, (21/7/2021) berada di bawah penguncian ketat akibat COVID-19 ketika varian Delta yang sangat menular menyebar di tiga kota besar negara itu.
Melansir ANTARA, negara bagian Australia Selatan bergabung dengan negara bagian Victoria dan kota Sydney dalam penguncian pada Selasa. Perintah ketat untuk tetap berada di rumah telah diberlakukan di sebagian besar populasi negara itu.
Hal itu dilakukan ketika para pejabat bergegas untuk membendung wabah virus corona terburuk tahun ini.
Sydney, kota terbesar di Australia, berada pada pekan keempat dari penguncian selama lima pekan, sementara Victoria dan ibu kotanya, Melbourne, memperpanjang aturan pembatasan agar warga tetap berada di rumah selama tujuh hari hingga awal pekan depan.
Negara bagian Australia Selatan pada Selasa mengumumkan aturan pembatasan ketat selama seminggu ketika kasus menyebar di ibu kotanya, Adelaide.
Pada Rabu, Victoria melaporkan kenaikan harian terbesar kasus penularan lokal COVID-19 selama lebih dari seminggu. Sebanyak 22 kasus lokal terdeteksi, naik dari sembilan kasus pada hari sebelumnya, sehingga total kasus dalam wabah terbaru menjadi lebih dari 100. Semua kasus baru itu terkait dengan wabah yang muncul saat ini.
Australia telah berjuang melawan varian Delta virus corona yang menyebar cepat. Varian itu pertama kali terdeteksi di Australia pada seorang pengemudi limusin yang mengangkut awak maskapai luar negeri di Sydney lebih dari sebulan lalu.
Meskipun kasus COVID-19 telah mereda selama tiga hari terakhir di Sydney, pihak berwenang menemukan semakin banyak kasus yang tidak terkait dan berpotensi membahayakan rencana pembukaan kembali kota itu pada 30 Juli.
Australia selama ini jauh lebih baik daripada banyak negara maju lainnya dalam menjaga angka COVID-19 relatif rendah, dengan lebih dari 32.100 kasus dan 915 kematian akibat infeksi virus corona.
Namun, vaksinasi yang lambat dan langkah penguncian dengan sistem berhenti-dan-mulai telah membuat frustrasi penduduk.
Perdana Menteri Scott Morrison mendapat kecaman atas peluncuran program vaksinisasi yang lamban.
Morisson mengatakan kelambanan vaksinasi di Australia disebabkan perubahan saran medis untuk vaksin AstraZeneca dan kendala pasokan vaksin Pfizer.
Morrison mengatakan bahkan jika rencana vaksinasi awal berhasil, Australia pada fase ini masih harus menjalani penguncian untuk menekan wabah.
"Saya mengerti ada rasa frustrasi yang besar... tetapi varian Delta terbaru ini telah membawa situasi sulit dan tak terduga yang sama sekali baru dalam masalah ini, yang sedang dihadapi oleh setiap negara di dunia," kata Morrison kepada radio lokal, Rabu.