Pengeran India Beberkan Kisah Pahit Hidup Sebagai Gay dalam Keluarga Kerajaan, Dipaksa Terapi Kejut Listrik hingga Diancam Dibunuh

| 25 Apr 2022 12:22
Pengeran India Beberkan Kisah Pahit Hidup Sebagai Gay dalam Keluarga Kerajaan, Dipaksa Terapi Kejut Listrik hingga Diancam Dibunuh
Pangeran gay pertama di India, Manvendra Singh Gohil (instagram/manvendrasgohil)

ERA.id - Pangeran gay pertama di India, Manvendra Singh Gohil membagikan kisah dan pengalaman hidupnya keluar sebagai penyuka sesama jenis. Manvendra mengatakan dirinya harus menjalani terapi kejut listrik demi mengembalikan seksualitasnya.

Pria berusia 56 tahun itu terbuka tentang seksualitasnya untuk pertama kali pada 2006. Namun dia mengaku sebagai gay kepada keluarganya di tahun 2002. Saat itu keluarga Mavendra tidak menyangka dirinya akan menjadi seorang gay dengan latar belakang keluarga yang berkecukupan.  

"Mereka mengira saya tidak mungkin menjadi gay karena pendidikan budaya saya sangat kaya. Mereka tidak tahu bahwa tidak ada hubungan antara seksualitas seseorang dan pendidikan mereka," kata Manvendra, dikutip Insider, Senin (25/4/2022).

Lantaran tidak mengira Manvendra menjadi penyuka sesama jenis, orangtuanya, Maharaja dan Maharani dari Pajpipla pun membawa dirinya ke praktisi medis dan pembimbingan spiritual. Hal ini dilakukan oleh orangtuanya untuk mengubah seksualitas Manvendra agar bisa kembali menjadi pria normal.

"Mereka mendekati dokter untuk mengoperasi otak saya untuk membuat saya normal dan membuat saya menjalani perawatan kejut listrik," ungkapnya.

Perawatan itu pun diakui olehnya sebagai salah satu tekanan terberat dalam hidupnya. Bahkan dia sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Selain itu, dia juga menerima banyak ancaman dari orang-orang yang melakukan protos atas keputusannya tersebut. Tak sedikit orang yang menyebut dirinya sebagai aib dan penghinaan bagi keluarga kerajaan dan budaya India.

"Pada hari saya umumkan, patung saya dibakar. Ada banyak protes, orang-orang turun ke jalan dan meneriakkan slogan-slogan yang mengatakan bahwa saya membawa aib dan penghinaan bagi keluarga kerajaan dan budaya India," akunya.

Manvendra yang menikai suaminya di tahun 2013 setelah gagal dalam perjodohan dengan seorang wanita pun juga sempat menerima ancaman pembunuhan setelah mengungkap ke publik dirinya sebagai gay.

Orang tuanya bahkan tidak mengakui dirinya sebagai anaknya di depan umum hingga menimbulkan tuntutan agar gelar yang dimilikinya dicopot.

"Ada ancaman pembunuhan dan tuntutan agar saya dicopot dari gelar saya," katanya.

Meskipun mendapat reaksi keras, Pangeran Manvendra terus memperjuangkan hak-hak LGBTQ+. Pada tahun 2018, Mavendra datang dengan ide untuk mengubah rumah leluhurnya menjadi pusat dukungan untuk memberdayakan masyarakat secara finansial dan sosial.

Keputusan itu dikatakan olehnya muncul dari pengalaman hidupnya sendiri ketika dirinya tidak diakui oleh keluarganya sendiri. Tempat itu pun digunakan oleh orang LGBT sebagai tempat untuk tinggal dan merasa aman.

"Orang-orang menghadapi banyak tekanan dari keluarga mereka ketika mereka mengumumkan, dipaksa untuk menikah, atau diusir dari rumah mereka. Mereka serong tidak punya tempat untuk pergi. Tidak ada cara untuk mendukung diri mereka sendiri," ujarnya.

Baru-baru ini Manvendra menyerukan misinya untuk mengakhiri teravi konversi yang diberlakukan di India. Di mana orang-orang LGBTQ+ menjalani perawatan medis hingga kejut listrik seperti yang dialaminya di masa lalu.

Baginya, praktik tersebut harus segera diakhiri dan membebaskan orang-orang memilih jalan hidupnya sendiri tanpa harus takut dengan seksualitasnya.

"Sekarang kita harus berjuang untuk isu-isu seperti pernikahan sesama jenis, hak untuk mewarisi, hak untuk adopsi. Ini adalah siklus yang tidak pernah berakhir. AKu harus terus berjuang," tutupnya.

a

Rekomendasi