ERA.id - Membawa anak-anak menempuh perjalanan jauh terkadang menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Untuk itu, ada beberapa tips saat membawa anak-anak mudik.
Menurut psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, menjaga mental anak tetap dalam kondisi prima selama mengikuti perjalanan mudik Lebaran 2024 perlu diperhatikan orangtua.
“Hal pertama yang harus kita pastikan adalah pastikan anak dalam keadaan fit untuk melakukan perjalanan jauh,” kata Vera saat dihubungi Antara di Jakarta.
Menanggapi banyaknya anak yang akan mengikuti perjalanan mudik, Vera meminta setiap orang tua yang membawa anaknya mengikuti perjalanan jauh memperhatikan betul kenyamanan anak selama berkendara.
Beberapa langkahnya, orangtua dapat menyiapkan barang-barang kebutuhan anak seperti mainan kesukaannya, obat-obatan yang diperlukan hingga bantal dan selimut yang menunjang perjalanan aman dari kondisi apapun.
Demi menunjang kenyamanan anak, orangtua juga sudah bisa mulai mempelajari dan mempertimbangkan dengan matang rute perjalanan seperti apa yang akan dipilih.
Misalnya, jalanan yang akan dilewati, jenis moda transportasi mudik yang dinaiki hingga waktu keberangkatannya.
“Mohon pastikan anda memilih moda transportasi yang aman dan nyaman untuk anak-anak,” kata Vera.
Lebih lanjut, Vera menyarankan supaya mental dan kenyamanan anak semakin terjaga, orangtua perlu memberikan penjelasan terkait suasana tempat yang akan dikunjungi seperti apa, siapa saja pihak yang akan ditemui hingga apa saja aktivitas yang bisa dilakukan, terutama bagi anak-anak yang baru pertama kali mengikuti kegiatan mudik.
Terkait dengan pemberian gawai seperti tablet dan ponsel, Vera mengatakan boleh saja digunakan supaya anak tidak rewel selama perjalanan jauh.
Namun, disarankan agar orangtua dapat tegas dan jelas memberikan batasan waktu bermain gawai seperti ketika bertemu macet di jalur darat atau keterlambatan pesawat, sehingga anak dapat menghabiskan waktu dengan baik dengan porsi penggunaan gawai yang sesuai dengan usianya.
"Boleh saja asal tetap jelas batasannya misal boleh main gawai jika bertemu macet di perjalanan, atau pesawat delay. Jadi sifatnya untuk membantu di saat darurat (emergency) saja. Selebihnya ajak anak menikmati perjalanan dan manfaatkan untuk tingkatkan komunikasi atau bounding dengan anak juga selama perjalanan,” ucap Vera.
Ia menambahkan agar anggota keluarga terhindar dari post holiday blues atau kondisi seseorang merasa sedih ketika liburan berakhir, masyarakat dianjurkan mulai menjalankan rutinitas seperti biasanya beberapa hari sebelum waktu libur usai.