Pada awal 1988, produser sekaligus penulis lagu yang berbasis di Jerman, Frank Farian merekam album untuk grup musik pop bernama Mili Vanilli. Tapi, karena tampilan fisik Charles Shaw (rapper) serta Johnny Davis dan Brad Howell (vokalis) dianggap tak menjual dalam industri musik, Farian merekrut penari dan model Robert Pilatus dan Fabrice Morvan sebagai vokalis saat album ini dirilis dengan judul All Or Nothing di Eropa. Padahal, keduanya tidak bisa bernyanyi.
Setahun berselang, album ini dirilis ulang secara global di Amerika Serikat via label rekaman Arista Records dengan judul Girl You Know It's True, yang kemudian mencatatkan diri sebagai pencetak tiga kali hits No.1 dan menyabet Grammy Award untuk kategori Best New Artist pada 1990. Otomatis, jejak vokalis asli grup musik ini jadi tak berbekas lantaran stigma Pilatus dan Morvan sudah melekat dalam Mili Vanilli.
Tapi, sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Bermula saat pertunjukkan Mili Vanilli di Live MTV pada akhir 1989, backing track dari lagu andalan mereka Girl You Know It's True tersendat-sendat dan mereka sama sekali tidak bernyanyi. Penonton memang tidak menyadari kejadian janggal tersebut, tapi media mencium sesuatu yang tidak beres.
Setelah diteliti secara mendalam, pada 12 November 1990, Farian mengakui Pilatus dan Morvan bukanlah penyanyi asli lagu-lagu Milli Vanilli, melainkan artis-artis musik lain; Shaw, Davis, dan Howell. Empat hari berselang, imbas dari salah satu tragedi memalukan dalam sejarah musik pop dunia ini berlanjut. Trofi Grammy Award milik Milli Vanilli diambil lagi oleh pihak penyelenggara.
Setelah menghadapi beberapa tuntutan hukum, mereka mencoba mengeluarkan album kedua di bawah bendera The Real Mili Vanilli dengan menggunakan suara asli mereka. Namun, album tersebut gagal dan nama mereka pun memudar di masyarakat.
Morvan terus berupaya membersihkan namanya hingga mengeluarkan album solo Love Revolution (2003). Ia juga mulai menggeluti karier sebagai disc jockey di Amerika, namun kurang sukses. Sementara Pilatus, meninggal dunia di usia 32 tahun akibat overdosis narkoba pada 1998.
Peristiwa ini akan selalu dikenang sebagai kebohongan terbesar dalam industri musik. Karena pada era tersebut, lip sync merupakan sebuah aib yang tidak bisa dimaafkan. Apalagi, suara yang digunakan bukanlah suara asli si pelaku lip sync--atau lebih tepatnya, menggunakan jasa pemeran pengganti. Berbeda dengan zaman sekarang, di mana lip sync--yang tentunya menggunakan suara asli si penyanyi--merupakan bagian dari bisnis dalam dunia pertunjukan.
Baca Juga : Ratna Sarumpaet Salahkan Setan Soal Kebohongan Penganiayaan