Diadaptasi dari film berjudul sama, versi Indonesia yang digarap oleh Falcon Pictures dipercayakan kepada sutradara Hanung Bramantyo.
"Turki, India dan Filipina juga sudah membuat remake, ini memang IP yang bagus," tutur produser Falcon Pictures, Frederica, dalam konferensi pers daring, seperti dikutip Antara, Senin (11/5/2020).
Dalam versi Indonesia, Vino berperan sebagai Dodo Rojak, seorang tukang balon dengan disabilitas intelektual yang dituduh melakukan kejahatan dan dijebloskan ke dalam penjara.
Cerita drama komedi mengenai sekelompok orang dalam satu sel penjara yang bersatu padu menyelundupkan bocah perempuan agar bertemu dengan ayahnya di penjara ini terasa dekat di hati Vino.
"Pas gue nonton, nangisnya benar-benar kejer karena gue punya anak yang umurnya hampir sama dengan karakter di film itu."
Di film ini, Vino beradu akting dengan aktris cilik Graciella Abigail yang baru berusia tujuh tahun. Dalam foto cuplikan adegan yang dirilis Falcon Pictures, Senin, terlihat beberapa adegan yang memperlihatkan kedekatan ayah dan anak.
Vino juga mengaku mengagumi akting Ryu Seung-ryong yang berperan sebagai tokoh utama di Miracle In Cell No.7 Korea Selatan. Kendati demikian, Vino tidak menjadikan karakter tersebut sebagai referensi untuk versi Indonesia.
Sebagai karakter dengan disabilitas intelektual, Vino mendalami riset yang melibatkan tiga psikolog untuk memberi panduan mengenai akurasi perilaku hingga gestur tokoh yang ia mainkan. Dia juga mengamati beberapa orang sebagai referensi, kemudian mendiskusikannya dengan semua pihak hingga tercipta karakter Dodo.
"Karena ini remake, pasti akan ada perbandingan. Tapi harus dilihat sisi awal karakter karena latar belakangnya berbeda-beda tiap negara, tidak bisa dibandingkan apple to apple," ujar Vino.
Film remake terberat bagi Hanung
Mengadaptasi film terkenal dari Negeri Ginseng menjadi versi Indonesia bukan hal mudah untuk Hanung. Dia harus berhadapan dengan ekspektasi penonton yang telah menyaksikan versi aslinya.
Hanung yakin pasti akan ada komentar yang membanding-bandingkan versi Indonesia dengan Korea Selatan.
"Banyak orang sudah menonton, tahu ceritanya seperti apa, cast-nya seperti apa, sekarang kita dituntut untuk berbeda tapi tidak keluar jalur. Ini berat banget," kata Hanung.
Ada penyesuaian di sana-sini agar penonton bisa merasa lebih dekat dengan film ini, mulai dari iklim yang memegang kunci dari penyelesaian masalah hingga budaya.
Salah satu contohnya, Hanung menghadirkan suasana pemukiman yang mepet dengan rel kereta, sebuah fenomena yang lazim ditemui di masyarakat kelas bawah, sebagai latar belakang kehidupan tokoh utama. Tampilan itu diperlihatkan dalam foto-foto yang dirilis Falcon Pictures.
Meski demikian, hukum yang disajikan dalam film adalah fiktif, tidak terkait dengan hukum Indonesia.
Menurut Hanung, daya tarik dari film Korea Selatan bergenre drama komedi ini adalah kemampuan dalam mengaduk emosi penonton. "Ada banyak unsur, enggak cuma drama keluarga, ada unsur anak, komedi juga sedih."
Film ini dibintangi oleh Vino Bastian, Bryan Domani, Mawar De Jongh, aktris cilik Graciella Abigail, Indro Warkop, Tora Sudiro, Deni Sumargo, Rigen dan Indra Jegel.
Miracle In Cell No.7 versi Korea Selatan bercerita tentang pria difabel bernama Lee Yong-gu yang dipenjara karena dituduh membunuh. Dia berkawan baik dengan teman-teman satu sel yang membantu menyelundupkan putrinya ke penjara untuk bertemu dengan sang ayah.