Isi 'Curhatan' Warga Selama Pandemi

| 15 May 2020 18:19
Isi 'Curhatan' Warga Selama Pandemi
Ilustrasi (Pixabay)
Bandung, era.id – Bosan dan cemas menjadi masalah psikologis yang dialami banyak orang selama pandemi COVID-19, seperti dilaporkan layanan konseling Layad Rawat 119#9. Dalam dua pekan terakhir layanan ini menerima curhat dari 3.000 panggilan.

"Isinya curhat karena bosan, galau, dan lain-lain," kata Sekretaris Dinkes Jabar yang juga Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian & Manajemen Laboratorium Gugus Tugas, dr. Siska Gerfianti, baru-baru ini.

Dari 3.000 panggilan, lanjut Sisca, ada penelepon yang mengalami gangguan psikosomatik karena terlalu lama mengalami kebosanan. Akibat gangguan psikosomatik ini, penelepon merasa demam dan keluhan kesehatan lainnya. "Tapi kebanyakan masih di seputar galau, bosan, tidak ada yang cemas berlebihan," tuturnya.

Pertanyaan yang paling sering dilontarkan penelepon ialah kapan wabah ini akan berakhir, kapan bisa sekolah lagi, kapan bisa beraktivitas lagi.

Selain Layad Rawat 911#9, Himpunan Psikologi Unpad juga membuka konsultasi online di masa pandemi COVID-19. Himpunan ini menerima sekitar 330 konsultasi online. Isi curhatannya juga sama, yakni seputar kegalauan dan kecemasan akibat pandemi COVID-19.

Ada juga curhatan dari tenaga kesehatan. Mereka cemas karena sudah lama tidak pulang ke rumah dan merindukan anak dan keluarga. "Ada juga yang cemas kenapa masyarakat belum menerima mereka pulang ke rumahnya," kata Sisca.

Layanan lainnya yang bisa dipakai warga untuk konsultasi psikologis adalah ruangempati.com yang digagas komunitas psikiatri dan Pemprov Jabar. Di layanan ini ada solusi untuk menghadapi kecemasan akibat pandemi, misalnya pelatihan seni, desain, dan sebagainya.

Psikiater RS Melinda 2 Bandung, Shelly Iskandar, dr., Sp.Akp., SpKJ, MSi, PhD., bilang masalah psikisis memang bisa muncul bagi orang-orang yang terlalu lama tinggal di rumah akibat pandemi COVID-19. Salah satu masalah psikis tersebut ada yang disebut cabin faver.

"Stres membuat seseorang lebih mudah sakit, lebih mudah marah, mudah sedih. Kondisi-kondisi tersebut akan memperberat stres yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan jiwa," kata Selly, saat dihubungi era.id.

Karena itu stres perlu dikelola. Stres di masa pandemi, menurut Selly memerlukan kondisi jiwa yang lapang dada, yakni menerima kondisi atau keadaan saat ini dan fokus pada solusi.

Lama tinggal di rumah membuat interaksi sosial terbatas, hanya antar anggota keluarga saja. Maka Selly menyarankan agar setiap anggota keluarga untuk saling berbagi emosi dan saran. "Tiap orang berkontribusi untuk menciptakan kondisi yang lebih baik," katanya.

Cara lain untuk menekan stres selama tinggal di rumah antara lain membuat suasana baru dalam rumah. Misalnya, mengubah setting atau tata letak barang yang ada di rumah. Selly juga menyarankan agar tetap melakukan rutinitas sehari-hari di dalam rumah.

 

Rekomendasi