"Sangat tidak bisa ditolerir, anggota masyarakat atau elemen masyarakat yang tidak menjaga infrastruktur milik bersama," kata Sandi di Kantor Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin.
Dari sejumlah penelusuran yang dihimpun tim era.id, seenggaknya ada tiga coretan. Yang pertama bertuliskan "PANPEL GOBLOK." Yang kedua bertuliskan, "NGAMbek FC." Ketiga, dengan pilok berwarna merah, si pelaku nampaknya mencoba membuat namanya tenar dengan menuliskan namanya di dinding "APRAN."
Baca Juga : Rainbow Warrior Penjelajah Nusantara
Sandi menyayangkan kelakuan segelintir masyarakat tak bertanggung jawab itu. Meski seluruh coretan tak berseni itu sudah dihapus oleh Dinas Bina Marga, Sandi tetap ingin para pelaku vandalisme itu ditindak tegas. Protes boleh saja, tapi mbok ya pakai cara yang keren sedikit gitu, lho. Begitu barangkali pikir Sandi.
"Kita minta Satpol PP mengamankan. Kita perhatikan pattern mereka tampak mereka mencoret-coret. Dan kita akan tindak tegas ... Karena kita bisa face recognition sekarang. Kita bisa langsung tangkap on the spot anak-anak yang vandalisme ini," ujar Sandi.
A post shared by JAKARTA INFO (@jktinfo) on
Lebih lanjut, Sandi mengajak masyarakat luas untuk ikut menjaga sekaligus mengawasi berbagai fasilitas umum. Bahkan, Sandi mengajak masyarakat untuk aktif melaporkan berbagai kerusakan, perusakan, dan aksi vandalisme yang ditemui. Kalau enggak mau repot-repot, upload aja kelakuan orang-orang kurang ajar yang kalian temui ke media sosial. Sanksi sosial, menurut Sandi bisa sangat ampuh meredam persoalan semacam ini.
"Masyarakat harus turut mengamankan dan mengawal. Dan saya ingin para pengguna jalan juga pakai medsos laporkan pakai Twitter atau medsos yang lain. Kalau bisa, dapat mukanya," ucap Sandi.
Provokasi 'Bunuh Sultan' di Yogyakarta
Coretan provokasi bunuh Sultan (Sumber: Instagram/Pemantikapi)
Enggak cuma di Jakarta. Coretan lebih ngawur bahkan sempat nampang di ruang terbuka kota Yogyakarta. Di sela peringatan Hari Buruh Internasional, Selasa (1/5), sejumlah orang membuat coretan dengan kalimat yang cukup mengerikan: "Bunuh Sultan."
Tulisan Sultan dalam coretan tersebut diyakini merujuk pada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X. Terkait itu, Sri Sultan tak terpancing. Ia bahkan mengingatkan masyarakat untuk tak terpancing dengan aksi tersebut. Sri Sultan yakin, polisi dapat menangani kasus ini dengan baik.
Seruan Sultan ini jadi masuk akal, sebab dalam demonstrasi yang dilakukan di wilayah pertigaan UIN Sunan Kalijaga itu, para demonstran sempat bentrok dengan masyarakat sekitar yang enggak terima melihat tulisan yang dibuat demonstran.
Ketika diminta memperkirakan alasan yang memicu protes yang begitu keras terhadap dirinya, Sri Sultan bilang, boleh jadi protes itu dipicu oleh pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo yang memang memicu protes keras dari banyak masyarakat di Yogyakarta. Enggak cuma itu, pembangunan bandara itu juga kembali mencuatkan berbagai persoalan agraria di tanah istimewa.
"Saya kira kalau mahasiswa enggak ya, ya kepentingannya kepentingan Kulon Progo (Bandara NYIA) saja," kata Sri Sultan sebagaimana dikutip dari Antara, Kamis (3/5).
Demonstrasi itu memang sempat sangat pecah dan menimbulkan kericuhan yang lumayan. Sebab, enggak cuma mencoret-coret, masyarakat ketika itu turut membakar Pos Polisi Lalu Lintas (Polantas) dengan bom molotov. "Masyarakat saya kira jangan terpancing oleh provokasi, ya tenang sajalah," kata Sri Sultan.
Polda DIY sendiri saat ini telah bergerak menelusuri kasus ini, termasuk mencari dalang di balik aksi demonstrasi berujung vandalisme dan anarkisme itu. "Yang jelas kami tentu akan mendalami di balik itu, apakah ada orang yang kemudian sebagai aktor penggeraknya," kata Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri seusai bertemu Gubernur DIY di Kantor Kepatihan, Yogyakarta.
Hingga saat ini, polisi telah menetapkan tiga oknum peserta aksi sebagai tersangka dalam kasus demonstrasi berujung anarkis itu. Mereka adalah AR, IB, dan MC. Kata Dhofiri, sebelum memberi sanksi, polisi akan lebih dulu mendalami keterlibatan para tersangka. Jadi, polisi juga enggak mau asal hukum.
Sebab, biar bagaimana pun, seni memprotes lewat coretan itu adalah hal yang telah lama hidup dan enggak boleh begitu saja hilang. Ya pastinya tetap dengan catatan, hanya coretan yang memang keren aja yang boleh dapat toleransi kita.
Mencoret dan memprotes
Bernhard Suryaningrat juga memulai langkahnya dari tembok-tembok jalanan. Menggeluti seni grafiti sejak 2005, pria lulusan desain grafis ini berhasil menjadi salah satu seniman paling dikenal saat ini. Terakhir, bersama Never Too Lavish, bisnis customizer yang mendesain sejumlah item fesyen mulai dari tas, dompet, clutch, sepatu, jaket, hingga sejumlah item lain, Abenk --sapaan akrab Bernhard-- berhasil memikat hati Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kepada Abenk, Jokowi minta dibuatkan jaket denim bergambar gugusan pulau Nusantara. Dan benar saja, penampilan Jokowi dengan jaket buatan Abenk plus motor chopper kala Sunmori tempo hari langsung jadi viral, diperbincangkan sana-sini.
A post shared by Bernhard Suryaningrat (@hardthirteen) on
Jauh sebelum semua gemerlap itu, Abenk adalah seorang street artist. Dan seperti banyak street artist lainnya, Abenk juga galak menyuarakan kritik sosial. Isu korupsi jadi sasaran kritik yang paling sering ia goyang.
"Pernah, beberapa karya gua dulu banyak juga yang berisi kritikan sosial ... Sudah lumayan lama, tahun persisnya lupa. Gua pernah protes soal korupsi di Indonesia sih," tutur Abenk kepada era.id, Jumat (4/5/2018).
Buat Abenk, street art adalah salah satu cara untuk menyuarakan kritik dan pandangan. Baginya, setiap orang berhak untuk memprotes berbagai hal dalam bentuk apa pun. "Setiap orang berhak sih untuk protes dalam bentuk hal apa pun. So, jadi menurut gua fine-fine aja," tuturnya.
Namun, tentu saja bukan seni kalau isinya cuma protes. Karenanya, keindahan jadi unsur lain yang wajib ada dalam setiap karya street art. "Kalau untuk sekarang sih bisa dilihat banyak perbedaan, karena untuk street art saat ini juga banyak yang memperindah, menyampaikan message tertentu, tapi bukan pesan untuk protes," katanya.
Dan soal coretan "bunuh sultan" yang memancing situasi panas di Yogyakarta, Abenk lebih memilih mendefinisikan hal itu sebagai seruan provokatif ketimbang bentuk seni mengkritik lewat coretan, sebagaimana yang ia yakini selama ini.
Sejatinya, kecintaan Abenk pada street art pun belum juga beku. Abenk mengaku, sampai saat ini dirinya masih menggambar di jalanan, meski frekuensinya jauh berkurang. Selain itu, Abenk tengah mencoba berdamai dengan idealismenya. Saat harus mengerjakan proyek-proyek bersama Never Too Lavish, Abenk memastikan dirinya akan mengedepankan profesionalisme ketimbang idealisme.
"Sampai saat ini gua tetap masih gambar di jalan, kok. Ya bedanya mungkin media yang digambar. Dan sekarang sudah mencoba untuk tidak terlalu idealis. Gua belajar untuk menggabungkan apa keinginan klien dan style yang gue punya," katanya.
Tags : street artRekomendasiPopular
Saat Dua Elite Saling Puji di HUT Golkar: Prabowo Semringah, Bahlil Tertawa Tepuk Paha
06 Dec 2025 06:041Gerindra Marah Lihat Bupati Aceh Selatan Umrah Usai Ngeluh Tak Sanggup Tangani Bencana
06 Dec 2025 07:492Prabowo Klaim Pemerintah Kerja Cepat Atasi Bencana tapi Warga Tamiang Berkata Sebaliknya
06 Dec 2025 07:073Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Salurkan Rp15 Miliar Bantu Korban Bencana Sumatera, Fantastis!
06 Dec 2025 20:304