Respons Najwa Shihab soal Peretasan Web dan Akun Media Sosial Karyawan Narasi

| 05 Oct 2022 11:20
Respons Najwa Shihab soal Peretasan Web dan Akun Media Sosial Karyawan Narasi
Najwa Shihab

ERA.id - Pendiri perusahaan pers Narasi TV, Najwa Shihab mengatakan website perusahaan medianya diduga diretas. Selain peretasan ke website, Najwa Shihab menyebut puluhan akun media sosial karyawan Narasi juga di-hack.

"(Ada) 38, (rinciannya) 31 karyawan, 7 eks karyawan, dan narasi sebagai medianya juga kita diretas websitenya sehingga selama beberapa saat kita nggak sempet bisa naik, kemudian ada efek-efeknya website kita," kata Najwa Shihab di Gedung Kemenkopolhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, dikutip Rabu (05/10/2022).

Nana, panggilan akrab Najwa Shihab menambahkan, pihaknya tidak mengetahui siapa yang meretas. Dia tak ingin menduga-duga mengenai peretasan ini.

Mengutip pendapat Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Nana mengatakan peretasan ke karyawan dan website Narasi ini dilakukan secara serentak, masif, dan sistematis. "Dan menurut catatan dewan pers ini adalah peretasan terbesar sepanjang sejarah media nasional," tambahnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan kasus ini telah dilaporkan ke polisi. Nana berharap, polisi bisa segera mengungkap kasus dugaan peretasan ke Narasi TV ini.

Sebelumnya, perusahaan pers Narasi TV membuat laporan ke Bareskrim Polri karena situs website-nya diduga diretas. Laporan ini teregister dengan nomor STTL/365/IX/2022/Bareskrim tertanggal 30 September 2022.

Pengacara Narasi TV, Ade Wahyudin mengungkapkan website perusahaan media ini diretas pada 28-29 September 2022 kemarin. Sebuah pesan "Diam atau Mati" juga muncul saat situs Narasi ini diretas.

"Ada pesan masuk di dalamnya yaitu pesannya bisa kita baca 'Diam atau Mati'. Jadi ini yang beberapa kali masuk dalam server klien kami, ke website klien kami, dan bukan hanya masuk, tapi juga ada ancaman," kata Ade Wahyudin di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (30/09/2022).

Redaksi Narasi belum mengetahui mengapa website-nya diretas. Ade Wahyudin mengatakan peretasan ini mengganggu kerja jurnalistik yang dilakukan awak redaksi Narasi TV.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan pesan "Diam atau Mati" di laman Narasi muncul ribuan kali saat peretasan itu terjadi. "Kurang lebih 3.600 kali (pesan) per menit," jelasnya.

Rekomendasi