Cerita Relawan Setelah Disuntik Calon Vaksin COVID-19

| 27 Aug 2020 16:18
Cerita Relawan Setelah Disuntik Calon Vaksin COVID-19
Ilustrasi (Pixabay)

ERA.id - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Jabar dr Eka Mulyana SpOT Mkes, SH, MHKes tercatat sebagai salah satu relawan uji klinis vaksin COVID-19. Eka menjadi relawan di gelombang pertama yang telah disuntik vaksin, pada awal Agustus lalu.

Saat ini Eka menunggu penyuntikan yang kedua. Karena dalam uji klinis ini, setiap relawan mendapatkan dua kali suntikan. 

“Kami dari IDI Jabar turut serta sebagai relawan uji vaksin virus SARS CoV 2 dan kita sudah berlangsung sampai V1 atau tingkat uji klinis pertama. Rencananya dalam waktu dekat masuk ke tingkat V2 atau masuk penyuntikan tahap dua. Dan alhamdulillah sejauh ini tidak ada keluhan atau dampak yang tidak diinginkan,” kata Eka, saat dihubungi, Kamis (27/8).

Eka disuntik bersama ratusan relawan lainnya dari masyarakat. Uji klinis tahap III vaksin ini hasil kerja sama perusahaan vaksin nasional PT Bio Farma, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), dan produsen vaksin asal China, Sinovac Biotech Ltd.  

Uji coba vaksin tersebut menjaring 1.620 relawan. Gelombang pertama uji coba dilakukan 11 Agustus lalu. Eka masuk dalam gelombang pertama ini. Selain sebagai Ketua IDI Wilayah Jabar, sehari-hari Eka bekerja sebagai dokter spesialis tulang.

“Kami dari IDI Jabar juga turut serta menjadi relawan tujuannya tidak lain turut serta sukseskan sambil memberikan edukasi juga ke masyarakat bahwa vaksin ini untuk kepentingan bersama dan insha allah aman,” katanya.

Menurut panitia penelitian uji coba vaksin, kata Eka, ada 10 dokter dari IDI Jabar yang diterima sebagai relawan. Tujuan IDI Jabar turut serta sebagai relawan uji klinis ini tidak lain agar pandemi bisa segera berakhir. Selain itu, masih banyak masyarakat yang bertanya-tanya tentang urgensi vaksin COVID-19 maupun keamanannya. 

“Kami tentu saja dari dokter IDI Jabar ingin edukasi, juga menunjukkan bahwa vaksin ini insha allah aman dan untuk kepentingan kita bersama, intinya begitu,” terangnya.

Sebagai orang yang sehari-hari berkecimpung di dunia medis, Eka tentu tidak asing dengan vaksin maupun obat. Setiap vaksin maupun obat yang dipakai di dunia medis, sebelumnya telah melalui tahapan uji coba yang ketat. Misalnya, vaksin COVID-19 yang sebelum diujicobakan ke manusia, sebelumnya telah melewati rangkaian uji coba ke hewan.

Rangkaian uji coba ke manusia pun terdiri dari tiga tahapan, yakni tahap 1, 2, di negara asal vaksin, dan tahap 3 atau tahap akhir yang saat ini sedang dilakukan ke relawan di Bandung.  

Setelah mendapat disuntik, Eka mengaku tidak merasakan perubahan atau efek tertentu dalam tubuhnya. Menurutnya, panitia penelitian uji coba telah melakukan skrining ketat dalam memilih relawan. Setelah penyuntikan, juga dilakukan pengawasan lebih ketat lagi untuk melihat kerja vaksin di tubuh relawan.

Memang ada reaksi setelah penyuntikan. Namun reaksi ini bersifat lokal dan hilang dengan segera. “Pada saat penyuntikan terasa reaksi lokal di tempat yang disuntik tapi hari itu juga segera hilang lagi, sama seperti suntik-suntik lainnya,” katanya. 

Penyuntikan sendiri dilakukan di pangkal lengan kiri. “Hanya reaksi lokal saja dan langsung segera hilang.” ucapnya.

Aktivitas Eka pascapenyuntikan juga berjalan seperti biasa. Sehari-hari Eka praktik ke rumah sakit tempatnya bekerja dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, yaitu mengenakan masker, selalu mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak.

“Protokol kesehatan tetap, bukan berarti setelah suntik vaksin kita bebas,” katanya. 

Ia berharap, uji coba klinis ini berjalan lancar dan sukses. Dengan adanya vaksin, maka pandemi Covid-19 yang telah menginfeksi puluhan juta jiwa di dunia ini bisa berakhir.

Rekomendasi