ERA.id - Pengamat politik, Rocky Gerung menyebut Indonesia sudah berupaya untuk mempertahankan diri sebagai negara demokrasi. Tapi seluruh instrumen demokrasi dianggapnya sudah berantakan.
"Sehingga terpaksa kita mesti mengiyakan pengamatan internasional," kata Rocky dalam Youtube Fadli Zon Official, Kamis (5/11/2020).
Ia membaca media massa dari berbagai negara mulai dari Yerusalem Post, Washington Post sampai koran Rusia di utara dan koran Melbourne di selatan. Dari bacaannya ia membuat kesimpulan soal demokrasi di Indonesia.
"Tiba pada kesimpulan yang sama bahwa Presiden Jokowi sedang memberantakkan demokrasi. Bahkan di Reformist satu media yang sangat tajam dan sangat elitis dalam membuat analisis menyebutkan bahwa Jokowi bukan sekadar merampingkan birokrasi, tapi sekaligus mematikan institusi demokrasi," katanya.
- https://era.id/nasional/42697/rocky-gerung-jokowi-harus-tinggalkan-jalan-pikiran-daripada-jalan-tol
- https://era.id/nasional/42684/rocky-gerung-sebut-rezim-jokowi-anti-pikiran-cuma-bisa-pamer-borgol
- https://era.id/nasional/41263/rocky-gerung-dan-akbar-faizal-kritik-danny-pomanto
Menurutnya, narasi yang dibangun media-media asing tak bisa terbantahkan karena terhubung dengan fakta yang dialami saat ini. Misalnya saat 'punakawan' istana mengatakan Rocky dan Fadli Zon bila berada di zaman Soeharto maka kepala mereka sudah hilang.
"Jadi dia mau bilang Jokowi demokratis, Harto otoriter, ini kan bikin perbandingan saja salah. Kan dia mesti bandingkan Jokowi dengan SBY, bukan dengan Harto. Karena Jokowi di ujungnya, sudah ada lima presiden sebelumnya," katanya.
Menurutnya, kesalahan berpikir istana yaitu Jokowi 'masuk' ketika Indonesia sudah demokratis. Karena itu, dipertanyakan kenapa di masa Jokowi, indeks demokrais Indonesia turun.
"Ngapain membandingkan dengan era Soeharto yang jelas-jelas beda paradigm rezimnya, kita memberitahu apa pada orang-orang ini selain saya menyebut itu analisis yang dungu," ujarnya.