Fahri Hamzah Kritik Blusukan Risma: Beda Jadi Wali Kota dan Menteri

| 06 Jan 2021 14:10
Fahri Hamzah Kritik Blusukan Risma: Beda Jadi Wali Kota dan Menteri
Tri Rismaharini (Dok. Instagram tri.rismaharini)

ERA.id - Belum genap satu bulan setelah dilantik sebagai Menteri Sosial, kinerja Risma banyak mendapat sorotan, terlebih dengan aksi blusukannya belakangan ini. Kritikan pun datang, Risma diingatkan jika statusnya saat ini bukan lagi Wali Kota Surabaya, melainkan seorang menteri.

Politisi Partai Gelora Fahri Hamzah juga ikut mengkritik kebiasaan blusukan Risma. Dia meminta staf di sekeliling Risma mengingatkan tentang batasan kerja antara kepala daerah dan menteri.

"Stafnya bu Risma harus kasi tahu beda jadi wali kota dan Menteri. Perbedaan tidak saja pada filosofi, skala, juga metode. Menteri tidak dipilih tapi ditunjuk, kerja sektoral saja dan berlaku di seluruh negeri. Wali kota dipilih, non sektoral tapi terbatas kota," ujar Fahri seperti dikutip dari cuitan akun Twitter pribadinya @Fahrihamzah, Rabu (6/1/2020).

Fahri menambahkan, Risma seharusnya bisa bekerja lebih luas lagi dalam mengentaskan kemiskinan, bukan hanya di sekitaran Jakarta saja.

Seperti diketahui, Risma beberapa kali melakukan blusukan di sejumlah wilayah di DKI Jakarta. Dia diketahui mendatangi warga di pinggiran sungai, hingga menyapa gelandangan.

"Kemiskinan itu bukan di Jakarta tapi di daerah terpencil sana. Itu rakyat bunuh diri, bunuh keluarga, ada ibu bunuh tiga anaknya karena melarat," kicau Fahri.

Mantan Wakil Katua DPR RI ini mengajak Risma untuk mulai bekerja dengan data dan analisa. Fahri mengingatkan bahwa penjilat dalam birokrasi ini jahat.

Risma, menurut Fahri, harus mulai bekerja layaknya kerja negara bukan kerja media. Artinya, sebagai seorang menteri, Risma harus mulai menggunakan data dan analisis, mengeluarkan konsep, melaporkan ke presiden dan melibatkan DPR RI. Dengan demikian, akan muncul koreksi dari publik atas kerja kementerian tersebut.

"Gini deh, kalian sampaikan ke bu Menteri (Risma), krisis ini akan panjang. Karena ketimpangan, kemungkinan di daerah terpencil akan makin sulit. Tapi, orang desa nggak ribut. Memang yang bahaya orang miskin kota, ada politik ada kelas menengah yang advokasi. Tapi kerja pakai data," papar Fahri.

Meski demikian, Fahri mendoakan siapapun pejabat yang berniat memberikan hatinya kepada rakyat dengan tulus, nantinya akan bisa menjadi pemimpin. Namun, Fahri ingatkan, kerja negara menggunakan konsep, tidak bisa mendadak.

"Kita doakan siapapun yang memberi hatinya kepada rakyat jadi pemimpin di negeri ini," kata Fahri.

"Tapi tolong juga pakai ilmu. Kerja pakai konsep dan jangan tiba masa tiba akal, sibuk dianggap sukses dan citra dianggap kinerja. Situasi sulit, uang makin sedikit tolong jangan sia-siakan waktu," pungkasnya.

Rekomendasi