Vincent Raditya Duga Pesawat Sriwijaya SJ182 Full Stall dengan Kecepatan Ekstrem

| 11 Jan 2021 19:35
Vincent Raditya Duga Pesawat Sriwijaya SJ182 Full Stall dengan Kecepatan Ekstrem
Vincent Raditya (Dok. Instagram vincentraditya)

ERA.id - Pilot Youtuber Captain Vincent Raditya mengunggah analisa penerbangan Pesawat Sriwijaya Air SJ182 melalui flight radar 24. Ia membaca pesawat mengalami full stall dengan kecepatan ekstrem.

"Kita bahas mulai dari take off. Take off-nya sendiri bisa kita katakan cukup normal, dengan kecepatannya normal. Ini take off dari menit 36," kata Vincent melalui Youtube Vincent Raditya, dikutip Senin (11/1/2020).

Ia pun menjelaskan vektor yang harus dilalui Sriwijaya SJ182 untuk penerbangan dari Jakarta ke Pontianak. Pada menit 36, SJ182 masih terbang normal di ketinggian 2000 dengan ground speed yang juga masih normal.

"Track-nya juga masih normal. Dia belok sedikit, dia mulai belok untuk menjalankan SID-nya atau mungkin dia sudah di-direct, cukup umum ketika pesawat sudah airborne dikasih direct untuk keluar dari terminal area. Disini tidak ada yang abnormal, semua masih kelihatan normal," kata Vincent.

Ia menilai pesawat SJ182 sudah sesuai jalur. Bahkan jika peta pada flight radar diperbesar, pesawat tersebut memang sudah mengarah ke titik tujuan, Pontianak. 

"Ini data yan belum tentu akurat. Kita hanya bisa membaca datanya saja," kata Vincent.

Selanjutnya, pada menit 39 kondisi penerbangan Sriwijaya SJ182 juga masih normal. Bahkan tak ada indikasi apapun kalau pesawat ada masalah.

"Sampai di satu titik, di sini tiba-tiba pesawat oleng 3 derajat," kata Vincent.

Menurutnya, pesawat oleng dari derajat yang seharusnya bisa saja terjadi saat ada turbulensi. Tapi tiba-tiba tak sampai satu menit pesawat belok dari track-nya pada 46 derajat ke 30 derajat.

"Ini sudah 16 derajat, off track, speed-nya masih normal, altitude masih normal, ini suatu hal yang sudah cukup mencurigakan," katanya. 

Ia menilai ketika pesawat terkena turbulensi, memang pesawat bisa saja terpental. Tapi pesawat tersebut bisa kembali lagi ke track. Angka tersebut menunjukkan pesawat sudah mulai menikung meski altitude masih climb perlahan.

"Track ini dari 46 derajat pindah jadi 40 derajat off track. Dari 46 derajat jadi 6 derajat, waktunya 7.70 menit atau 2.40 menit. Kurang dari satu menit, pesawat ini off track 40 derajat, lihat dari altitude dan speed masih dikatakan cukup normal," katanya.

Meski begitu, kurang dari satu menit tiba-tiba ia mengatakan pesawat ini menghadap ke kiri dengan sangat drastis. Saat itu tiba-tiba juga pesawat tersebut altitude-nya turun dari 10.725 ke 8.950.

"Dan tiba-tiba ground speed-nya menjadi 224, ini ada kemungkinan indicated air speed dia bisa jadi di bawah 200 knots, kalau kita baca dengan kondisi seperti ini ya," katanya.

Ia menyebut angka tersebut menunjukkan pesawat sudah cukup beresiko untuk terkena stall atau kehilangan daya angkat. Altitude SJ182 juga terindikasi jatuh ke angka 8.950 dan speed juga jatuh ke 192 knots.

"Kalau 192 knots ada kemungkinan speed-nya di bawah 170 atau 160, ini kita nerka-nerka saja, membaca berdasarkan data," katanya.

Lebih lanjut saat speed sudah mencapai 150 knots, ia menilai pesawat sudah terkena full stall. Sehingga sangat sulit untuk di-recover dengan ketinggian altitude 5.400.

"Pesawat bisa terbang kalau ada daya angkat, kalau daya angkat hilang, pesawat tak bisa bertahan di udara. Ini sudah sesuatu yang sangat nggak normal. Pesawat ini off track dengan kecepatan yang tidak seharusnya dan dengan ketinggian yang tidak seharusnya," ujarnya.

Menurutnya, pesawat ini seharusnya sudah climb pada ketinggian 13 ribu. Tapi hanya dalam semenit, pesawat tersebut jatuh dari ketinggian 11 ribu ke arah kanan dengan kecepatan yang sangat ekstrem. 

"Kalian bisa lihat dia jatuhnya ke kanan, dengan kecepatan yang sanngat ekstrem 358 knots adalah kurang lebih 663 km per jam," katanya.

Ia menambahkan ini bukan data yang pasti, tapi ia hanya membaca data. Sehingga bisa memberikan indikasi awal soal apa yang terjadi. 

"Ketepatannya bisa kita katakan 30 persen bahkan 20 persen saja," katanya.

Rekomendasi