'Serang' Balik Sekjen PDIP, Andi Arief: Dendam Ideologis?

| 18 Feb 2021 15:00
'Serang' Balik Sekjen PDIP, Andi Arief: Dendam Ideologis?
Andi Arief (Dok. Instagram andiarief_real)

ERA.id - Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief 'menyerang' balik Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto terkait eks Sekjen Demokrat Marzuki Alie yang menyinggung nama Megawati Soekarnoputri. Andi mengatakan, Hasto hanya mengutip pernyataan hantu. Sebab dia beranggapan Marzuki Alie sedang mengarang bebas.

"Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membuat release menanggapi statemen hantu Pak Marzuki Alie. Kenapa hantu, karena Marzuki memgarang bebas," ujar Andi melalui akun Twitter pribadinya @Andiarief_ yang dikutip pada Kamis (18/2/2021).

Andi juga mengaku terkejut dengan pernyataan Hasto. Dia menyebut ada dendam PDIP terhadap SBY sebagai menantu Jenderal Sarwo Edhie.

"Lebih mengejutkan saya, ternyata ada dendam PDIP terhadap SBY karena sebagai menantu Jenderal Sarwo Edhie Wibowo. Dendam Ideologis?" kata Andi.

Lebih lanjut, Andi meminta agar Hasto berhenti membentur-benturkan SBY dan Megawati. Dia menegaskan, kader Demokrat dididik untuk tidak menghina presiden terdahulu, melainkan menjadikan para mantan pemimpin negara sebagai panutan

"Sebaiknya Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto jangan membentur-benturkan mantan Presiden Ibu Mega dan Pak SBY. Biarlah mereka berdua menjadi panutan bersama, sebagai yang pernah berjasa buat sejarah politik kita.  Kader Partai Demokrat sejak lama didoktrin untuk tidak membuly mantan Presiden," tegasnya.

Sebelumnya, mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Ali mengungkapkan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku telah membuat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri 'kecolongan' dua kali. Salah satunya pada tahun 2004, ketika Presiden RI kelima itu maju sebagai calon presiden.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut SBY telah membuktikan sedang memainkan politik pencitraan dengan menzalimi dirinya sendiri. Sebab, kata Hasto, pada 2004 SBY bertindak seolah sebagai pihak yang dizalimi.

"Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali' sebagai cermin moralitas tersebut. Jadi kini rakyat bisa menilai bahwa apa yang dulu dituduhkan oleh Pak SBY telah dizalimi oleh Bu Mega, ternyata kebenaran sejarah membuktikan bahwa Pak SBY menzalimi dirinya sendiri demi politik pencitraan," ujar Hasto melalui keterangan tertulis yang dikutip pada Kamis (18/2/2021).

Rekomendasi