ERA.id - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat versi kongres luar biasa (KLB) di Sumatera Utara Jhoni Allen menyebut imej Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai demokrat sejati hanya pencitraan dan justru mengamputasi demokrasi. Ia pun menjelaskan alasannya.
"SBY mendengungkan pada pemerintah sekarang, bahkan dalam pencitraannya mengatakan beliau seorang demokrat sejati, tapi faktanya di rumah yang dibangun oleh para pendiri, yang membawa hasil yang baik pada periode pertama, periode kedua, Demokrat membawa presiden berhasil, adalah mengamputasi proses demokrasi itu," kata Jhoni dalam konferensi pers daring, Kamis (11/3/2021).
Ia menilai SBY juga selalu mendengungkan soal keadilan. Tapi faktanya AD/ART 2020 yang sudah didaftarkan ke kemenkumham malah mengambil keadilan-keadilan hak-hak dari kader-kader Demokrat.
"Dimana hak untuk kedaulatannya diamputasi dalam pasal AD/ART, caketum harus jadi kewenangan ketua majelis tinggi, dicalonkan, bahkan AD/ART jadi kewenangan majelis tinggi, rancangannya yang akan disahkan pada kongres, sudah melanggar UUD, UU parpol, mengambil hak-hak kader," katanya.
Ia juga membahas soal mahar. Ia menyebut SBY meminta mahar-mahar pilkada dari para kader Demokrat untuk membeli kantor Demokrat. Padahal, SBY sudah dua periode menjabat sebagai presiden.
"Beliau katakan membeli kantor di proklamasi, saya kaget, loh bapak waktu itu presiden 10 tahun, kok ngga mikirin kantor, kenapa harus keringat dari para DPC dan iuran anggota fraksi tingkat 2 dan 1," katanya.