ERA.id - Upaya memutus mata rantai penularan COVID-19 di Indonesia terkendala oleh program vaksinasi. Minimnya jumlah tenaga vaksinator, yang jumlahnya kalah jauh dibandingkan dengan jumlah masyarakat Indonesia yang membutuhkan vaksin, membuat program berjalan lambat.
Terdapat beberapa daerah yang sempat mengalami kendala terbatasnya jumlah penyuntikan vaksin setiap harinya karena kekurangan tenaga vaksinator. Di DKI Jakarta, sebagai contoh, jumlah tenaga vaksinator masih berjumlah kurang dari 50.000 orang.
"Untuk di DKI sendiri, pada perencanan awal vaksinasi, kita memiliki lebih dari 30.000 tenaga potensial untuk vaksinator. Lalu, selama dalam proses kita sudah melatih lebih kurang 6.000 tenaga vaksinator," ujar Sekretaris Jendral IDI DKI Jakarta, dr. Fery Rahman, dalam sebuah webinar pada Rabu (7/4/2021).
Lebih lanjut, dr. Fery Rahman juga menambahkan bahwa jumlah tenaga vaksinator tersebut tidak ada setengahnya dari jumlah masyarakat Jakarta yang membutuhkan vaksin. Hal ini membuat pemerintah membutuhkan tambahan tenaga medis yang bersedia menjadi vaksinator.
"Itu jumlah vaksinatornya dengan sasaran vaksinasi di tahap satu ada sekitar 112.301 dan tahap dua ada 2,8 juta. Jadi, total seluruh sasaran vaksinasi di DKI ada sekitar 3 juta orang. Jadi kalo melihat memang antara jumlah tenaga vaksinator dengan jumlah sasaran yang akan divaksin memang butuh penambahan tenaga vaksinasi," lanjut dr. Fery Rahman.
Kemudian dr. Fery Rahman menyampaikan bahwa untuk menjadi vaksinator, tenaga kesehatan harus menjalani program pelatihan kembali. Ini dikarenakan teknik vaksin COVID-19 berbeda dengan vaksin lainnya.
"Namun, kita ketahui bersama bahwa teknik vaksin ini basicnya sebenarnya sudah dikuasai oleh teman-teman dokter. Namun, karena ada prosedur vaksin yang berbeda mmebuat dokter-dokter harus melakukan pelatihan terlebih dahulu. Karena vaksin COVID ini adalah hal yang baru, tak seperti biasanya pada vaksin-vaksin lainnya," tutur dr. Fery Rahman.
Dengan begitu, kendala utama yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah kesediaan para tenaga kesehatan untuk menjalani program pelatihan menjadi vaksinator.
"Untuk target vaksinator kita nggak ada target, tapi yang diinginkan semaksimal mungkin. Kendalanya saat ini untuk program pelatihan vaksinator hanyalah apakah tenaga kesehatannya mau atau tidak itu saja," tutup dr. Fery Rahman.