Nadiem Wajibkan Sekolah Dibuka Usai Guru Divaksinasi COVID-19, Orang Tua Diberi Kemerdekaan Memutuskan

| 05 May 2021 16:10
Nadiem Wajibkan Sekolah Dibuka Usai Guru Divaksinasi COVID-19, Orang Tua Diberi Kemerdekaan Memutuskan
Nadiem Makarim (Anto/ Era.id)

ERA.id - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Menristek) Nadiem Makarim mewajibkan sekolah kembali mengadakan pembelajaran tatap muka jika guru maupun tenaga pendidiknya sudah divaksinasi COVID-19.

Diketahui, pemerintah memprioritaskan tenaga pengajar dan pendidik mendapatkan vaksin COVID-19 yang ditargetkan rampung pada awal Juli 2021, bertepatan dengan Tahun Ajaran Baru 2021-2022.

"Pemerintah mengambil sikap bahwa Alhamdulillah guru-guru sudah jadi prioritas vaksinasi. Sehingga saat guru-guru tersebut sudah melalui vaksinasi, sekolah diwajibkan membuka opsi (pembelajaran) tatap muka," ujar Nadiem dalam diskusi Hardiknas secara daring, Rabu (5/5/2021).

Nadiem menjelaskan, terdapat beberapa opsi bagi sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Antara lain dengan sistem rotasi kelas pagi dan sore, ataupun kegiatan belajar mengajar di sekolah diadakan dua hingga tiga kali seminggu.

Meski begitu, Nadiem menegaskan, keputusan siswa melakukan pembelajaran tatap muka tetap berada di tangan orang tua masing-masing siswa. Sebab, kata dia, ada orang tua yang beranggapan belajar mengajar lebih efektif apabila dilakukan secara tatap muka, namun ada pula yang masih takut karena ancaman tertular COVID-19.

"Jadi kemerdekaan bagi orang menentukan apa level risiko yang menurut mereka ingin mengambil untuk anak-anaknya. Tetapi sekolah diwajibkan melaksanakan tatap muka terbatas," kata Nadiem.

Lebih lanjut, Nadiem mengungkapkan, sekitar 25 persen sekolah sudah mulai melakukan pembelajaran tatap muka sejak awal tahun 2021 meskipun harus melalui keputusan dari pemerintah daerah. Selain itu, sekolah dibuka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Misalnya, meniadakan kegiatan ektrakulikuler dan menutup kantin.

Kemudian ia melanjutkan kapasitas kelas harus 50 persen dari jumlah siswa, mewajibkan memakai masker dan menyediakan sarana sanitasi untuk mencuci tangan.

"Mungkin tidak banyak orang tahu, tapi sebenarnya 25 persen dari sekolah kita sudah melaksanakan tatap muka. Tapi protokol kesehatan terhadap pembelajaran tatap muka itu sangat ketat," katanya.

Ke depannya, Nadiem berharap semua pihak mendukung pembelajaran tatap muka dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Terlebih pembelajaran tatap muka saat pandemi akan berbeda dengan biasanya.

"Kita harus sama-sama, tanggung jawab ada di semua pihak, termasuk orangtua yang bisa monitor sekolah dan prokes di sekolahnya. Setiap sekolah wajib memberi tatap muka dan full protokol kesehatan, tatap muka terbatas di mana sama sekali berbeda dengan sekolah biasa," pungkasnya.

Rekomendasi