ERA.id - Pemerintah Indonesia memerlukan waktu 1-2 pekan untuk mengetahui efek varian baru Covid-19 yaitu B.1.1.529 atau Varian Omicron terhadap vaksin dan antibodi. Hal ini merespons beredarnya kabar Varian Omicron dapat mengurangi efektifitas vaksin Covid-19.
"Kami perkirakan dengan kerja sama internasional yang baik, butuh 1-2 minggu ke depan untuk kita bisa memahami lebih baik bagaimana efek dari Varian Omicron ini terhadap vaksin dan antibodi yang terbentuk dari infeksi alamiah," kata Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (29/11/2021).
Menurut Luhut, varian baru tersebut mengandung 50 mutasi yang dapat mempengaruhi kecepatan penularan dan kemampuan virus untuk menghindari antibodi yang dibentuk oleh vaksin ataupun antibodi yang dihasilkan secara natural akibat infeksi Covid-19 varian sebelumnya.
Mencermati perkembangan itu, pada tanggal 26 November 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meningkatkan status varian baru tersebut menjadi variant of concern dan memberikan nama varian baru tersebut sebagai varian omicron (B.11529).
Hingga saat ini, tercatat ada 13 negara yang sudah mengumumkan bahwa mereka sudah mendeteksi (confirmed dan probable cases) varian omicron ini di negara mereka. Dimulai dari Afrika Selatan dan Bostwana, varian omicron ini sudah ditemukan di antaranya di Jerman, Belgia, Inggris, Israel, Australia dan Hong Kong.
"Melihat distribusi negara-negara tersebut, kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa varian omicron ini sudah menyebar ke lebih banyak negara," kata Luhut.
Meski begitu, pemerintah meminta masyarakat tak perlu panik dengan adanya Varian Omicron. Untuk mencegah masuknya varian baru, pemerintah telah memperketat pintu masuk internasional dan sudah mengeluarkan daftar 11 negara yang dilarang masuk ke Indonesia.
Luhut memastikan, perkembangan Covid-19 di Indonesia masih terkendali. Dia juga menegaskan, kebijakan pemerintah untuk mencegah masuknya Varian Omicron berdasarkan masukan dari para ahli.
"Semua keputusan yang dibuat pemerintah itu berbasis data, bukan berbasis katanya. Saya minta media tidak perlu membuat berita-berita seperti sudah kaya perang dunia. Kita masih sangat terkendali kok, tapi kita tetap super hati-hati," kata Luhut.
Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan, tiga kelompok bahaya yang sedang diteliti terhadap Varian Omicron.
Kelompok pertama adalah kelompok mutasi yang meningkatkan keparahan. Kelompok kedua adalah mutasi-mutasi yang meningkatakn penularan kasus Covid-19. Kelompok ketiga, meningkatkan escape immunity menurunkan kemampuan antibodi dari inveksi atau vaksiansi sebelumnya.
"Untuk kelompok pertama belum ada konfirmasi. Untuk kelompok kedua dan ketiga kemungkinan besar iya, tapi belum konfirmasi karena masih dikonfirmasi terus oleh para ahli," kata Budi.
Berdasarkan data per tanggal 28 November 2021, sudah ada 9 negara yang memiliki kasus COVID-19 varian Omicron dengan total 128 kasus.
Kasus paling banyak berada di Afrika Selatan dengan 99 kasus. Kemudian, kasus juga telah terdeteksi di Botswana, Inggris, Hongkong, Australia, Italia, Israel, Belgia, dan Republik Ceko.
Lalu, Budi menyebut ada 4 negara yang berkemungkinan terdeteksi Omicron atau probable, yakni Belada, Jerman, Denmark, dan Autria.
"Jadi kasus konfirmasi positif (varian Omicron) itu ada di 9 negara. Kasus probable atau masih mungkin ada di 4 negara. Jadi kita juga tidak perlu terlalu panik dan terburu buru, dan ambil kebijakan tidak basis data," ungkap Budi.