Di tengah situasi pandemi korona ini, saran otoritas kesehatan sudah jelas, yaitu 3M: masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dan publik di Indonesia umumnya sudah menjalaninya. Menurut paparan LaporCovid-19 per Minggu (5/7/2020), warga di DKI Jakarta saja sudah cukup teratur menggunakan alat perlindungan diri. Face shield menjadi aksesoris yang makin populer. Hand sanitizer menjadi barang yang wajib tersedia di rumah maupun di kantor.
Namun, seperti ditulis dalam situs Scientific American, memakai masker masih menimbulkan risih di benak beberapa orang. Bahkan, ada orang-orang yang tak sudi memakai masker di tengah keramaian.
Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump dikenal sangat tidak suka dipotret ketika memakai masker. Sikapnya menjadi bulan-bulanan warga AS lantaran masker dianggap sangat penting di tengah meningkatnya kasus positif COVID-19 di AS. Sementara itu, kita pernah melihat video yang beredar di media sosial mengenai sejumlah orang di Indonesia yang mati-matian menolak uluran masker dari orang lain.
NOW: Trump sounds delusional. He urges us to wear a mask. He wears none. He says he's putting out "embers" while we have record outbreak numbers. He talks about how quickly we are reopening while we suffer. Then he leaves taking NO questions. @realDonaldTrump pic.twitter.com/HO4nXds9vZ
— Brian J. Karem (@BrianKarem) July 2, 2020
Seperti disebut dalam tulisannya, hal ini mengingatkan Emily Willingham pada situasi awal merebaknya wabah HIV di dekade 1960an. Saat penyakit yang menyerang imunitas tubuh ini mewabah di Amerika, salah satu kampanye dari otoritas kesehatan setempat adalah mewajibkan penggunaan kondom.
Suatu kalangan masyarakat AS - umumnya laki-laki, berkulit putih, dan berbadan kekar - mentah-mentah menolak kebijakan tersebut. Peneliti lantas menemukan bahwa "ideologi kejantanan" mendalangi sikap non-kooperatif tersebut.
Dalam sebuah studi, tiga faktor mengemuka sebagai elemen inti ideologi kejantanan, yaitu status, kebandelan, dan anti-feminitas. Sekarang, konsep ini telah memperbarui konsepnya. Asosiasi Psikologi Amerika (APA), dalam laporan Scientific American yang sama, menyebutkan ciri ideologi ini adalah pada standar nilai "adrenalin, resiko, dan kekerasan."
Tentu saja, memilih untuk tidak memakai masker di kala ancaman pandemi korona merupakan suatu resiko sekaligus adrenalin.
Tampilan visual maskulinitas ala film Hollywood kerap jadi acuan. Arnold Schwarzenegger kerap menjadi ikon "contoh kejantanan ala dunia Barat." Karakter macam ini, meski di film memakai pelindung diri dan kostum baja nan tebal, tak akan pernah memakai alat pelindung yang cuma secuil. Semata-mata karena "virus rasanya akan ketakutan" dengan tampang gahar semacam itu.