Sebuah keluarga Jerman-Yahudi bersembunyi di dalam loteng apartemen rahasia untuk menyelamatkan nyawa mereka dari kamar gas beracun Auschwitz.
Pada bulan Juli 1942, Margot Frank, seorang warga Jerman-Yahudi yang tinggal di Belanda, menerima sepucuk surat dari pemerintah Jerman yang isinya meminta mereka untuk melapor ke sebuah 'kamp pekerja' di Jerman. Pada saat itu, Adolf Hitler sudah menjabat sebagai kanselir Jerman dan partai ultra-nasionalis Nazi sedang gencar-gencarnya menangkap warganya yang beretnis Yahudi.Keluarga Frank sudah mencium gelagat Hitler sejak tahun 1933. Itulah kenapa Margot Frank dan keluarganya perlahan-lahan pindah ke Amsterdam, Belanda; adik perempuannya, Anne Frank, baru ikut bergabung dengan keluarganya pada bulan Februari 1934. Sang ayah, Otto Frank, adalah pebisnis dan di tempat barunya ia berhasil mendirikan perusahaan yang sukses memproduksi bahan jel untuk pembuatan selai.
Namun, Perang Dunia II berkecamuk di Eropa, dan Jerman dengan mudah menaklukkan Belanda pada September 1939. Masih dengan agenda mereka untuk membinasakan kaum Yahudi dari Bumi manusia, partai Nazi Jerman berkolaborasi dengan pemerintah Belanda untuk mendeportasi 100.000 orang Yahudi dari Belanda ke kamp pengasingan. Inilah periode peristiwa kelam yang disebut sebagai Holocaust.
Keluarga Frank sudah bergerak sedemikian jauh untuk menghindari penangkapan Partai Nazi, maka mereka berjuang untuk menyelamatkan nasib mereka sekali lagi.
Hal pertama yang mereka lakukan adalah meninggalkan jejak palsu seakan-akan mereka bergerak ke negara Swiss. Namun, sebenarnya, seperti diceritakan di History, pada tanggal 6 Juli 1942, mereka pindah ke apartemen di belakang kantor Otto Frank yang beralamat di Prinsengracht 263 di kota Amsterdam, Belanda. Di gedung tersebut, seluruh keluarga Frank - Otto dan istrinya, Edith, serta Margot dan Anne - bersembunyi di loteng apartemen.
Tempat persembunyian itu mereka beri nama Secret Annex. Di situlah mereka akan bersembunyi selama 761 hari.
Hasil rekonstruksi toko depan di Prinsengracht 263 (Allard Bovenberg)
Satu minggu dalam persembunyian, keluarga Frank menyambut keluarga kolega bisnis Otto Frank, yaitu Hermann van Pels. Mereka sama-sama orang Yahudi. Beberapa karyawan Otto Frank, termasuk Miep Gies, wanita kelahiran Austria yang menjadi sekretaris Otto, bertaruh nyawa untuk menyelundupkan suplai makanan dan koran ke loteng rahasia itu, yang pintunya berada di belakang rak buku yang bisa digeser. Pada November 1942, keluarga Frank dan van Pels menyambut Fritz Pfeffer, seorang dokter gigi yang beretnis Yahudi.
Hari-Hari Menegangkan di Secret Annex
Kehidupan di dalam loteng menegangkan, kata Anne Frank dalam buku hariannya yang terkenal. Mereka terus-terusan takut kepergok otoritas setempat dan tidak berani keluar.Misalnya, pada pukul 6.45, alarm van Pels akan berbunyi. Hermann van Pels bangun, memanaskan air, dan pergi ke kamar mandi. Lima belas menit kemudian, kamar mandi sudah kosong, dan gantian Fritz Pfeffer yang mandi. Anne juga akan bangun dan menurunkan korden gelap yang menutupi jendela. Satu persatu keluarganya akan bergantian memakai kamar mandi.
Rekonstruksi kamar mandi yang digunakan Anne Frank (Allard Bovenberg)
Momen paling riskan terjadi pada pukul 8.30 pagi. Orang-orang di gudang di bawah loteng mulai bekerja. Suara apapun dari orang yang ada di Secret Annex terlalu berbahaya karena tidak ada karyawan gudang yang tahu bahwa ada sekelompok orang yang bersembunyi di loteng.
Di jam makan siang, gudang akan kosong karena seluruh karyawan pulang ke rumah untuk makan siang. Selama beberapa saat, penghuni Secret Annex bisa bebas beraktivitas. Pada pukul 12.45 siang, beberapa, pegawai dapur, yang mengenal dengan baik keluarga Otto Frank, akan naik ke loteng dan mengantarkan makan siang. Di saat seperti ini, Miep Gies akan tinggal di kantor bawah untuk menjaga situasi.
Rekonstruksi meja yang ada di dalam ruangan Anne Frank dan Fritz Pfeffer (Allard Bovenberg)
Di saat siang tersebut, orang-orang dalam persembunyian itu dengan bersemangat mendengar cerita tentang apa yang terjadi di dunia luar dan tentang kerabat mereka. Pada jam 1 siang, mereka menyalakan radio untuk mendengarkan siaran berita dari BBC. Selama setengah jam kemudian mereka akan menyantap makan siang, lantas para karyawan akan kembali bekerja.
Bagaimana mereka bisa bertahan dalam rutinitas tersebut selama 2 tahun lebih adalah suatu bukti keteguhan dan niat baik dari teman-teman keluarga Frank.
Sayangnya, pada tanggal 4 Agustus 1944, persembunyian mereka ditemukan oleh pasukan Gestapo dari kepolisian Jerman. Setelah sempat dikirim ke Westenbork, mereka diangkut menggunakan kereta ke kompleks pembinasaan kaum Yahudi di Auschwitz-Birkenau di Polandia.
Nasib kelompok persembunyian Secret Annex pun mencapai akhirnya di beberapa kamp konsentrasi. Anne dan Margot Frank dipindahkan dari ruangan gas beracun di Auschwitz ke kamp lain bernama Bergen-Belsen, tempat di mana mereka meninggal karena sakit tifus di bulan Februari 1945.
Dari antara mereka, hanya Otto Frank yang selamat dari kekejaman partai Nazi setelah seluruh penghuni Auschwitz yang tersisa dibebaskan oleh pasukan Uni Soviet pada 27 Januari 1945, menyusul kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II.