ERA.id - Muncul pertama kali tahun 1877 dalam cerita "A Study in Scarlet", tokoh fiktif Sherlock Holmes menyabet perhatian publik karena jago menyimpulkan sesuatu dari hal-hal kecil. Keahlian Holmes begitu memukau, sampai-sampai orang tidak percaya bahwa tokoh ini diinspirasi oleh sosok nyata, seorang ahli bedah terkenal bernama Dr. Joseph Bell.
Sir Arthur Conan-Doyle, penulis seluruh kisah petualangan Sherlock Holmes, mengakui hal tersebut. Mereka bertemu pada tahun 1877 saat Conan-Doyle menjadi murid Bell di Fakultas Kedokteran di Universitas Edinburgh, Skotlandia. Beberapa saat kemudian, Conan-Doyle juga ditunjuk sebagai sekretaris praktek dokter Bell.
Tiap harinya, ruang praktek dokter Bell akan didatangi 70-80 orang pasien rawat jalan. Conan-Doyle akan membuat catatan mengenai keluhan pasien, lalu, setelah ruang praktek siap, mempersilakan satu persatu dari mereka menemui sang dokter yang sudah dikelilingi beberapa mahasiswa kedokteran. Di ruang praktek inilah, Conan-Doyle mengamati bagaimana cerdasnya sang dokter dalam hal deduksi, yaitu membuat kesimpulan dari sejumlah elemen-elemen kecil.
Banyak orang yang mengenal dr. Bell pasti akan mengenali sosoknya dalam cerita Sherlock Holmes yang mulai dipublikasikan Conan-Doyle pada tahun 1886, atau sembilan tahun setelah mereka bertemu.
"[Conan-Doyle] seperti Dr. Watson bagi Bell," tulis Past Medical History. Dr Watson merupakan tokoh tandem Sherlock Holmes yang menceritakan seluruh petualangan sang detektif.
Tahun 1892, 12 cerita pendek Sherlock Holmes dibukukan ke dalam The Adventures of Sherlock Holmes. Di halaman dedikasi pun orang akan membaca, "To my Old Teacher, Joseph Bell, M.M., &c, of 2, Melville Crescent, Edinburgh."
Seberapa miripkah Joseph Bell dengan tokoh fiktif Sherlock Holmes?
Dalam otobiografinya Memories and Adventures (1932), Conan-Doyle menulis mencatat penampilan Joseph Bell sebagai berikut:
"Bell sangat mencolok secara penampilan dan pemikiran. Ia kurus, lentur, berkulit gelap, hidungnya sangat mancung, dan matanya hijau... Suaranya tinggi dan sumbang. Ia adalah seorang ahli bedah yang sangat terampil, namun, salah satu keahliannya adalah membuat diagnosis, tidak hanya soal penyakit, namun juga soal pekerjaan dan kepribadian."
Kemampuan deduksi dan logika Joseph Bell memang sangat terkenal. Dan mahasiswanya di Edinburgh, tahu itu. Bell bisa mengetahui sejarah perjalanan seorang pelaut berdasar tato di tubuhnya. Ia bisa membedakan kampung halaman seseorang berdasarkan aksennya bicaranya. Ia juga bisa menebak profesi seorang pasien berdasar bentuk tangannya.
Saking terkenalnya, Joseph Bell pernah membantu Scotland Yard, institusi kepolisian Inggris, untuk mengurai siapa sosok Jack the Ripper, pembunuh sadis yang menggemparkan Inggris di akhir abad ke-19.
Selain itu, pada dasarnya karir kedokteran Joseph sangat cemerlang. Ia menjadi presiden Royal College of Surgeons of Edinburgh pada tahun 1887 dan menjadi dokter bedah pribadi bagi Ratu Victoria kala sang Ratu berkunjung ke Skotlandia.
Dr Joseph Bell is known for his clinical diagnostic skills, teaching, surgical paediatric care, support of nursing & most famously, inspiring his pupil Arthur Conan Doyle’s character Sherlock Holmes. In his spare time he also collected and wrote poetry! #NationalPoetryDay pic.twitter.com/XlyHAlDz4w
— RCSEd Library & Archive (@RCSEdArchive) October 3, 2019
Kakek buyut Joseph Bell sendiri adalah Dr. Benjamin Bell, seorang pionir forensik yang mempraktekkan ilmu bedah secara saintifik dan dianggap sebagai Bapak Ilmu Bedah Edinburgh. Kelak cucu buyutnya pun mempraktekkan ilmu kedokteran forensik lewat kemampuan observasi mendalam serta deduksi medis dalam mengungkap suatu tindak kejahatan.
Joseph meninggal pada 4 Oktober 1911 dan dimakamkan di Dean Cemetery di Edinburgh, Skotlandia. Namun, tidak hanya kecemerlangan otaknya yang menyejarah hingga kini. Gaya pakaiannya - jas panjang, topi deerstalker - masih menjadi ciri khas detektif hingga kini. Film seri Sherlock Holmes yang dibuat tahun 1939, dan dibintangi aktor Basil Rathbone, menambahkan aksen pipa dan teropong mata-mata, sehingga lengkaplah simbol visual dari sang dokter forensik sebagai detektif.
Secara total, Conan-Doyle telah menulis 56 cerita pendek dan 4 novel tentang Sherlock Holmes ini. Ceritanya telah difilmkan, dan menginspirasi karya-karya sastra berikutnya dalam genre cerita detektif.