17 September 2009: Noordin M Top Buntu Nasib di Mojosongo

| 17 Sep 2020 16:27
17 September 2009: Noordin M Top Buntu Nasib di Mojosongo
Poster pencarian terduga terorisme Noordin M Top dan Dr. Azahari yang mendalangi 5 pengeboman dari tahun 2003-2009.

ERA.id - Noordin Mohamed Top, pria asal Malaysia yang masuk daftar pencarian orang (DPO) akibat mendalangi 4 bom bunuh diri di Indonesia di tahun 2003-2009, bergerak liat bak belut. Ia selalu berhasil lolos dari sergapan polisi dan berpindah-pindah tempat.

Namun, suara kokangan senjata M16 pada Rabu (16/9/2020) seakan menjadi bunyi lonceng yang mengundang maut dan akhir dari pelariannya selama ini.

Noordin M. Top yang lahir pada 11 Agustus 1968 di Malaysia sudah tak bisa menetap di kampung halamannya. Ia yang telah terlibat dalam jaringan Jemaah Islamiyah (JI) harus melarikan diri karena pemerintah Negeri Jiran juga ikut 'bersih-bersih' terhadap kelompok ekstremisme pasca Menara Kembar WTC diserang teroris pada tanggal 11 September 2001.

Noordin yang oleh jaringan JI dianggap sebagai perakit bom ulung dan persuasif dalam hal merekrut anggota baru, akhirnya menyelundup masuk ke Indonesia via Kepulauan Riau.

Lima Kali Lolos Sergapan Polisi

Di Indonesia ia bergerak bersama Dr. Azahari Husin, seorang doktor dari Universitas Reading, Inggris, yang konon jago juga membuat bom. Pertemuan kedua orang ini tentu saja fatal. Dalam kurun waktu 2003-2009, Noordin M. Top menjadi otak sejumlah tragedi pengeboman: Bali (2002), Hotel JW Marriott (2003), Kedutaan Besar Australia (2004), tiga restoran di Denpasar, Bali (2005), dan bom Mega Kuningan (2009).

Dengan catatan kejahatan semacam itu, tak heran jika Noordin M Top, seorang mantan akuntan yang beralih jadi penyandang dana aksi terorisme, jadi buronan tim keamanan. Bahkan, pencarian si pelaku terorisme ini dipimpin langsung oleh Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri. Namun, toh, sekali lagi, Noordin selalu bisa lepas dari sergapan polisi.

Memorial bom bali
Sebuah tugu pengingat korban ledakan bom di Jalan Legian, Kuta Bali, 2 Oktober 2002. (K Sukesh Kuttikkatt)

Ia tercatat lolos dalam misi penyergapan polisi di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, pada November 2005. Dalam momen tersebut, polisi hanya mampu menemukan Dr. Azahari yang tewas karena terjangan peluru polisi. Ia juga masih lolos saat disergap di Wonosobo (April 2006), Palembang (Juli 2008), Bekasi dan Temanggung (2009).

Saat disergap di Wonosobo, Noordin hampir berhasil diringkus, namun, lagi-lagi ia masih bisa lolos, kabarnya "dengan luka tembak di kaki" seperti dilaporkan Tirto.

Titik terang keberadaan Noordin M Top akhirnya didapatkan dari hasil penggerebekan anggota komplotan terorisme bernama Bejo di Solo, Rabu (16/9/2020). Dari situ diketahui bahwa sang buron tinggal di Kampung Kepuh Sari RT 3/RW 11, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah.

Berikutnya, akhir hidup Noordin M Top tinggal menunggu waktu.

Dimulai Dari Dua Kokangan M16

Rabu, (16/9/2009)

Sekitar Pukul 16.00: Brigadir Satu (Briptu) I wayan Pande M masuk ke rumah di Mojosongo, Solo, yang ditunjuk Bejo. Pintu terbuka dan ternyata suasana di dalam rumah gelap gulita. Namun, seperti yang ia ceritakan pada jurnalis Kompas Sarie Febriane, dengan jelas ia mendengar dua kali kokangan senjata M16.

"Saya sudah loncat mundur ke belakang waktu dengar bunyi kokangan senjat itu dan teriak 'ada senjata!'" kata Pande. Sekian detik kemudian, tiga kali tembakan meletus ke arahnya. Pande yang hanya membawa pistol Glock 17 pun lari menyelamatkan diri. Aksi kemudian dilanjutkan oleh Tim Detasemen Khusus Antiteror 88 yang sudah siap dengan peralatan lengkap.

Pukul 16.30: suara tembakan terdengar lagi dari dalam rumah, yang diketahui disewa atas nama Susilo. Kabarnya ada 4 orang di dalam rumah tersebut.

Pukul 19.20: Terjadi baku tembak antara polisi dan penghuni rumah Susilo.

Pukul 21.06-21.50: Setelah sempat hening, suara tembakan kembali terdengar dari area rumah.

Kamis, 17 September 2009

dini hari: sudah tidak ada lagi tembakan yang diberondong dari dalam rumah. Tim Densus 88 memutuskan untuk memasuki rumah Susilo yang sudah senyap dan gelap. Jendela dan genteng rumah tersebut sudah pecah berantakan.

Dinding dalam rumah sudah dipenuhi lubang akibat terjangan peluru. Beberap sudah hangus menghitam. Namun, di sebuah ruangan kamar mandi polisi kemudian menemukan apa yang mereka cari selama ini, yaitu empat orang terduga pelaku teroris, salah satunya adalah Noordin M Top.

Keempat orang tersebut sudah menjadi jenazah dan terbujur kaku. Mereka adalah Noordin M Top, Urwah, Ario Sudarso, dan Susilo. Yang mengejutkan adalah ada satu orang yang masih hidup di situ, yaitu Putri Munawaroh, istri Susilo yang berada dalam kondisi ditindih dan direngkuh oleh suaminya.

siang hari: Kapolri Bambang Hendarso memastikan bahwa salah satu jenazah yang tertembak di rumah Susilo adalah buron kasus terorisme selama 9 tahun, Noordin M Top.

"Berdasar sidik jari terdapat kesamaan pada 14 titik, baik jari kiri maupun kanan dengan DPO yang sembilan tahun kita jadikan target untuk kita tangkap, yaitu Noordin M Top," kata Bambang Hendarso.

Tak pelak, hal itu membuktikan bahwa Noordin M Top pada akhirnya akan tertangkap juga. Tempat Kejadian Perkara (TKP) matinya Noordin juga menyimpan satu elemen penting ketika ditemukan sebuah ransel hitam berisi laptop, dokumen dan tiga pucuk surat wasiat dari tiga terpidana mati Bom Bali 1, yaitu Mukhlas, Imam Samudra, dan Amrozi.

Entah apa yang disampaikan ketiganya dalam surat-surat wasiat tersebut. Namun, barangkali Noordin sudah mengerti ia akan turut menemui ajalnya kala harus mengokang senjata M16 sore itu. Di dalam gelap gulita, ia mencoba lepas untuk terakhir kalinya, namun gagal.

Rekomendasi