Saat Film 'Taxi Driver' Jadi Alibi Penembakan Presiden Reagan

| 30 Mar 2021 17:30
Saat Film 'Taxi Driver' Jadi Alibi Penembakan Presiden Reagan
Ronald Reagan melambaikan tangan beberapa saat sebelum ditembak di depan Washington Hilton Hotel pada 30 Maret 1980. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Pria bernama John Hinckley Jr, saat itu berumur 25 tahun, dibebaskan dari jerat hukum meski menembak Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan tiga orang lainnya pada 30 Maret 1981. Dalam persidangan, ia disebut mengalami kelainan jiwa dan memiliki obsesi patologis terhadap film drama tahun 1976, 'Taxi Driver'.

Melansir History, pada 30 Maret itu, Presiden Reagan baru saja selesai bertemu sebuah serikat pekerja di Washington Hilton Hotel dan berjalan menuju limusin kepresidenan. Tak disangka, di antara para reporter yang ada di lokasi itu, ada Hinckley yang telah mengacungkan pistolnya.

Hinckley lantas melepaskan enam tembakan peluru kaliber .22. Satu peluru menembus dada Reagan sementara tiga peluru mengenai staf Reagan: sekretaris pers Gedung Putih James Brady, agen Secret Service Timothy McCarthy, dan polisi District of Columbia Thomas Delahanty.

Sementara para pengawal buru-buru memasukkan Reagan ke dalam limusin dan membawanya ke rumah sakit, petugas lainnya berhasil membekuk Hinckley dengan menyudutkannya ke sebuah tembok gedung.

Penembakan Ronald Reagan
Agen Secret Service membentengi sekretaris pers James Brady dan polisi Thomas Delahanty dalam insiden upaya pembunuhan atas Presiden Ronald Reagan. (Foto: Wikimedia Commons)

Reagan, di usia 70 tahun, berhasil selamat meski satu paru-parunya tertembus peluru. Pada akhir April 1981 ia sudah bisa hadir di gedung Kongres AS, dengan disambut bak pahlawan. Secara publik Reagan yakin telah seratus persen pulih, meski, di tahun-tahun selanjutnya, ia juga mengaku merasakan dampak dari penembakan yang hampir fatal itu.

Sementara itu, Hinckley sudah ditangkap di hari ia menembak sang presiden, 30 Maret 1981. Ia pun dijerat dengan tuduhan mencoba melakukan pembunuhan terhadap presiden Amerika Serikat.

Obsesi pada Film 'Taxi Driver'

Proses pengadilan terhadap Hinckley berjalan cukup panjang, namun, yang paling mengejutkan adalah bahwa hakim, pada Juni 1982, memutuskan John Hinckley Jr. "tidak bersalah atas alasan cacat kejiwaan".

Dalam proses persidangan, pengacara Hinckley berpendapat bahwa klien mereka ini - berdasarkan bukti medis - mengalami kelainan kepribadian narsisistik, dan memiliki obsesi patologi terhadap film besutan sutradara Martin Scorsese, Taxi Driver (1976), di mana tokoh utama di film itu berambisi membunuh seorang senator AS.

Dalam sejumlah laporan terkait upaya pembunuhan oleh Hinckley, disebutkan bahwa pria asal Oklahoma ini sempat tinggal di Hollywood di era 1970an. Atas berbagai macam alasan, Hinckley pun disebut-sebut menggemari film Taxi Driver hingga menontonnya lebih dari 15 kali.

Taxi Driver
Sosok Travis Bickle (Robert de Niro) di film Taxi Driver (1976). (Foto: Flickr)

Pengacara Hinckley menyebut bahwa kliennya merasa ada kemiripan antara dirinya dengan tokoh Travis Bickle (diperankan Robert de Niro) di film itu. Melansir History, sang klien juga disebut sangat suka dengan tokoh perempuan bernama Iris,  yang diperankan oleh Jodie Foster, hingga berambisi 'menghadirkan' adegan film itu ke dalam hidupnya sendiri.

Di tahun-tahun sebelum insiden penembakan, Hinckley yang sudah kesengsem dengan Foster, alias si tokoh fiksi 'Iris', bahkan sengaja pergi ke Universitas Yale di tahun 1980 hanya demi mengirim surat dan bercakap-cakap dengan Foster.

Belakangan, karena terus ditolak oleh Foster, Hinckley berkesimpulan ia baru bisa diterima oleh aktris pujaannya jika ia menjadi figur nasional AS. Dan ia memilih jalan dengan menembak figur publik AS, dengan begitu memerankan sendiri sebuah adegan dari tokoh fiksi Bickle di film Taxi Driver.

Inilah kenapa, kata si pengacara, film Taxi Driver lah, dan bukan Hinckley, yang sebenarnya menjadi pemicu terjadinya insiden penembakan pada 30 Maret 1981. Argumen tersebut diterima dan hakim menyatakan Hinckley "tidak bersalah atas dasar cacat kejiwaan".

Di Bawah Pengawasan Psikiatri

Di tengah pro-kontra atas putusan hakim tersebut, John Hinckley Jr lantas ditempatkan di rumah sakit jiwa St. Elizabeth's Hospital.

Beberapa tahun kemudian, di akhir dekade 1990an, pengacara Hinckley mulai memohonkan pertimbangan bahwa karena kondisi gangguan jiwa kliennya sudah membaik, maka yang bersangkutan seharusnya boleh kembali hidup secara normal.

John Hinckley Jr
Foto John Hinckley Jr. (Foto: Wikimedia Commons)

Sejak Agustus 1999, Hinckley mulai diberi ijin berjalan-jalan keluar rumah sakit, meski masih dalam pengawasan staf rumah sakit. Berikutnya, ia sudah boleh mengunjungi orangtuanya, satu kali seminggu, tanpa melalui pengawasan. Kru Secret Service disebutkan menyediakan diri untuk memantau Hinkcley selama ia ada di luar rumah sakit.

Pada 2016, Hinkcley lantas dibebaskan secara bersyarat untuk bisa tinggal bersama ibunya di kota Williamsburg, Virginia. Dan pada tahun 2018, hakim memutuskan bahwa pria tersebut sudah boleh tinggal dalam radius 120 km dari Williamsburg asalkan ia tetap bertemu secara rutin dengan psikiater dan relawan yang mendampinginya.

Rekomendasi