Wan Mohd Dasuki menuturkan, dalam penelitian yang dia lakukan sejak 2008, ditemukan keterkaitan antara badia balansa dengan sejumlah senjata api lain yang berkembang dalam garis sejarah masyarakat Melayu. Badia balansa adalah senjata laras panjang legendaris yang dipercaya telah digunakan sejak perang paderi.
Baca Juga : Insinyur Nekat Penemu Lokomitif Uap
Selain itu, dalam sejumlah temuan naskah kuno dan literatur asing ditemukan banyak kisah terkait impor pengetahuan pembuatan senjata api dari Minangkabau ke Melayu. Dalam Hikayat Siak yang dilaporkan John Anderson pada 1826 misalnya, yang menuturkan bagaimana Kerajaan Siak pada 1820 memiliki banyak senjata api yang diimpor dari Minangkabau.
Bukan cuma Anderson, di tahun 1811, Marsden pernah menyebut bahwa orang Minangkabau memang telah memiliki kepandaian dalam membuat senjata yang disebut istinggar. Marsden juga menuturkan bahwa pusat pembuatan senjata ketika itu berada di sekitar wilayah yang memiliki potensi belerang yang mengacu pada wilayah Sumatera Barat, tepatnya di sekitar Payakumbuh serta Sungai Puar.
Dalam penelitiannya, Marsden juga menyebutkan berbagai filosofi, latar belakang, cara penggunaan, tradisi, hingga istilah tentang senjata bedil tersebut. Meski begitu, kebenaran dari temuan tersebut masih perlu dibuktikan dengan melakukan komparasi terhadap bukti-bukti otentik lain. Tapi, biar bagaimana pun, penelitian yang dilakukan Wan Mohd Dasuki cukup untuk menjadi pintu masuk bagi peneliti lain yang hendak melakukan riset terkait bedil.
"Penelitian ini bersifat pengetahuan dengan mengandalkan temuan naskah atau ulasan historis yang membuktikan masyarakat Minangkabau mampu membuat senjata api," kata dia dalam Kuliah Umum di Fakultas Ilmu Budaya Unand Padang, sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (25/4/2018).
Baca Juga : Penemuan Rudolf Diesel yang Mengubah Dunia
Wan Mohd Dasuki, dalam kesempatan itu juga mendorong para peneliti asli Sumatera Barat atau Minangkabau untuk mengembangkan penelitian yang dia lakukan. Buat Wan Mohd Dasuki, hal itu jadi penting sebagai upaya melestarikan nilai-nilai sejarah, tradisi, dan budaya masyarakat Minangkabau.