ERA.id - Jika ada kelompok masyarakat yang menemukan harta karun Bung Karno dan berniat diberikan kepada negara untuk membayar utang, sebaiknya pikir-pikir lagi. Jika pun ada, yang paling berhak mengambil harta tersebut adalah anak-anaknya, Megawati Soekarnoputri, misalnya.
Namun, sudah jelas dalam tulisan ERA, (6/6/2022), “Menjawab Mitos yang Menyelimuti Bung Karno: Mulai dari Harta Karun hingga Anak dari Pakubuwono X”, bahwa itu semua mitos yang dibangun oleh sekelompok masyarakat dan tidak memiliki bukti. Kasihan juga arwah Bung Karno sebab masyarakatnya lebih menggali harta daripada ide yang ia tanam.
Kenapa kelompok masyarakat itu tidak menggali harta karun Presiden Soeharto? Sebab, “dideteksi” ada uang 9 miliar dolar Amerika milik Soeharto dikirim dari bank Swiss ke satu rekening di Austria. Kaget? Tidak perlu. Ini Soeharto, bukan Soekarno.
Perihal uang tersebut seperti ucapan “si pemburu harta cendara” George J. Aditjondro dalam Sejarah Korupsi Yayasan Soeharto #2 (2019) bahwa “Sumber kami soal itu sangat terpercaya dan memiliki informasi yang amat valid.”
Aditjondro memang pemburu harta karun Soeharto. Ia benar-benar menghitung berapa kekayaan Soeharto dan keluarga. Dalam pembuka tulisannya di The Washington Post, (25/1/1998), Aditjondro mengatakan, sejak mengambil kekuasaan pada pertengahan 1960an, Soeharto sudah menyulapkan kekuatan politik absolutnya menjadi kekayaan keluarga yang begitu besar.
Kekayaan famili Soeharto bernilai sekitar 16 miliar dolar Amerika Serikat menurut majalah Forbes dan 35 miliar dolar sesuai perkiraaan yang dikaitkan dengan CIA.
Lanjut Aditjondro, “Keinginan Soeharto untuk melindungi kerajaan ini sementara ekonomi runtuh telah mengecewakan investor internasional dan pejabat dari Dana Moneter Internasional (IMF), yang melihat reformasi ekonomi dan akhir dari apa yang disebut ‘kapitalisme kroni’ sebagai penting untuk pemulihan Indonesia.”
Soeharto sudah meninggal, tetapi warisannya tak akan habis dipakai oleh anak, cucu, dan cicitnya. Bisa ditelusuri di banyak buku dan media. Salah satunya adalah Tempo yang tak main-main dalam menginvestigasi harta karun dalam keluarga Soeharto. Mereka menerbitkan buku Sejarah Korupsi Yayasan Soeharto sampai jilid tujuh.
Ketika wartawan Sydney Morning, Herald, mewawancarai Soeharto pada 1986, presiden kedua itu mengaku hanya punya sapi. Sedangkan, di awal tahun 2000, kekayaan atas nama Soeharto sebesar 23 miliar; deposito di 10 rekening, 11 hektar tanah, 3 rumah; tanah berbentuk 15 kapling sekitar 4,1 triliun rupiah; dan kekayaan 7 yayasan Soeharto.
Akan tetapi, itu belum seberapa, itu masih debu-debu. Harta karun yang sebenarnya adalah “dinasti Soeharto”. Sejarah Korupsi Yayasan Soeharto #3 (2019) mencatat bahwa ada 30 negara tempat harta karun Seoharto atas nama beberapa familinya.
Di Belanda ada Tutut, Titiek, dan Mamiek (Citra Marga Finance). Di Inggris ada nama Soeharto, Tutut, dan Bambang Tri dengan nama perusahaan berbeda. Di Jerman, Soeharto punya keuntungan saham 2,8% di anak perusahaan Grup Surya Damai. Di Spanyol ada Titiek Soeharto.
Beberapa nama yang lain dan Soeharto sendiri tersebar di Afrika Selatan, Mesir, Sudan, Swiss, Turkmenistan, Yordania, Madagaskar, Yaman, Rusia, Uzbekistan, India, Kamboja, Singapura, Kazakstan, Vietnam, Hong Kong, Myanmar, Filipina, Thailand, Malaysia, Kanda, Kepulauan Cayman, Kepulauan Bahama, Amerika Utara, Pulau Bermuda, dan Kepulauan Virgin.
Itulah negara-negara yang terdeteksi oleh media dan mungkin bisa masih banyak lagi yang tidak terlacak oleh mata jurnalistik Tanah Air dan media-media besar di luar negeri. Yang pasti daftar harta karun dinasti Soeharto di banyak negara tersebut membuka mata masyarakat Indonesia bahwa itu bukanlah mitos. Harta tersebut ada di lembar saham walau keluarga cendara punya dalil untuk menolaknya.
Dalam laporan Tempo, (17/2/2008), sebagian harta keluarga mantan presiden Soeharto terbuka. Itu berawal saat sidang perceraian antara Bambang Trihatmodjo dan Halimah Agustina Kamil. Pada sidang itu perlahan harta mereka diketahui, perusahaan Bambang di beberapa kota, misal Jakarta, Bogor, Purwakarta, Situbondo, dan Bali.
“Keluarga Bambang memiliki tujuh kapal dan 18 mobil, di antaranya adalah VW Toureg yang di pasar harganya Rp1,5 miliar serta Porsche Cayene yang pada 2003 dijual Rp1 miliar. Sebagian besar kendaraan itu atas nama Bambang dan sebagian lainnya Halimah,” begitu ditulis dalam laporan Sejarah Korupsi Yayasan Soeharto #7 (2019).
Ke mana kelompok masyarakat yang beranggapan bahwa Soekarno punya harta karun di Swiss? Apakah mereka tidak berniat memburu harta karun Soeharto?
Jika George J. Aditjondro—si pemburu harta cendana dan seorang dosen di Universitas Newcastle, Australia—masih hidup, mungkin dia masih gesit membongkar harta karun dari presiden yang lahir pada 8 Juni 1921 ini.