Deretan Kontroversi Pejabat Soal Bencana Sumatera, Ada Panggul Beras hingga Surprise

| 08 Dec 2025 15:05
Deretan Kontroversi Pejabat Soal Bencana Sumatera, Ada Panggul Beras hingga Surprise
Kepala BNPB Suharyanto (Dok. BNPB)

ERA.id - Sejumlah tokoh sekaligus pejabat publik menuai kritik pedas dari warganet setelah aksinya saat mengunjungi korban bencana di Sumatera viral. Aksi itu terlihat mulai dari Zulkifli Hasan yang memanggul beras hingga outfit Verrel Bramasta

Berikut ini kontroversi para pejabat dalam menangani banjir di Sumatera.

1. Zulkifli Hasan 

Zulkifli Hasan (Instagram/zul.hasan)
Zulkifli Hasan (Instagram/zul.hasan)

Menteri Koordinator Bidang Pangan sekaligus Ketua Umum Fraksi PAN, Zulkifli Hasan ramai diperbincangkan setelah aksinya memanggul sekarung beras saat meninjau banjir bandang di Padang, viral di media sosial.

Dalam video berdurasi 1 menit 58 detik yang diunggah di Instagram resminya @zul.hasan, Zulkifli tampak memanggul beras sambil menyapa warga.

"Assalamualaikum ibu, ibu rumahnya dimana?" ucapnya menyapa warga.

Ia juga ikut membantu membersihkan rumah salah satu korban banjir menggunakan sekop, serta menyebut bahwa pemerintah telah meminta Perum Bulog menggandakan pasokan pangan.

Namun aksi tersebut menuai kritik. Banyak warganet menilai tindakan itu adalah pencitraan, bahkan mengaitkannya dengan rekam jejak Zulkifli sebagai mantan Menteri Kehutanan. Mereka menyebut kebijakan sektor kehutanan pada masa lalu turut berkontribusi pada kerusakan hulu yang memperparah risiko banjir dan longsor.

2. Verrell Bramasta 

Verrel Bramasta (Instagram/bramastavrl)
Verrel Bramasta (Instagram/bramastavrl)

Anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus publik figur Verrell Bramasta, ramai menajdi perbincangan ketika ia mengunjungi lokasi banjir bandang di Padang. Foto-foto kehadirannya yang beredar di media sosial menampilkan Verrell mengenakan rompi taktis yang dianggap netizen menyerupai rompi antipeluru.

Dalam informasi yang diterima ERA, Verrel mengatakan ia tidak menggunakan rompi antipeluru seperti yang ramai jadi sorotan. Rompi yang ia kenakan saat meninjau korban bencana banjir di Sumatera itu hanya tactical vest pemberian temannya di TNI AL.

"Rompi taktis ini tidak dilengkapi pelat balistik, dan fungsinya memang untuk membawa perlengkapan kebutuhan. Saya pada saat itu membawa perlengkapan seperti air minum, uang kas untuk dibagi-bagi," jelasnya.

Menurutnya, rompi tersebut sangat memudahkan untuk membantu warga dilapangan. Ia juga menegaskan bahwa informasi yang ramai beredar tidak benar

"Jadi distorsi informasi yang terjadi, dibilang anti peluru atau pelampung, salah besar," tuturnya.

3. Kepala BNPB

Kepala BNPB Suharyanto (Dok. BNPB)
Kepala BNPB Suharyanto (Dok. BNPB)

Kontroversi lain datang dari pernyataan Kepala BNPB Suharyanto yang dalam sempat menyebut bahwa bencana “tidak perlu dibesar-esarkan” dan mengekspresikan sikap seolah “terkejut” bahwa bencana bisa datang tiba-tiba.

“Saya terkejut, saya tidak mengira sebesar ini. Saya tidak mengira sebesar ini. Saya mohon maaf Pak Bupati. Bukan berarti kami tak peduli," kata Suharyanto Ketua BNPB dalam konferensi pers.

Pernyataan itu memicu reaksi keras karena dianggap mengabaikan fakta bahwa potensi bencana sudah diprediksi dari jauh hari oleh BMKG. Publik juga menilai komentar tersebut tidak empatik bagi warga yang sedang berjuang di tengah banjir, longsor, dan kerusakan rumah.

4. Zita Anjani 

Zita Anjani (Instagram/zitaanjani)
Zita Anjani (Instagram/zitaanjani)

Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata, Zita Anjani turut mendapat sorotan setelah ia mengungkapkan bahwa dirinya terkejut melihat banyak kayu terbawa arus banjir di salah satu wilayah terdampak.

Komentarnya ramai diparodikan warganet karena dianggap memperlihatkan ketidaktahuan mengenai faktor kerusakan hutan, yakni gelondongan potongan pohon yang besar terbawa banjir ketika hulu mengalami deforestasi.

Banyak pengguna media sosial menilai bahwa pejabat seharusnya memahami kontek terkait bencana yang terjadi, bukan menunjukkan keheranan yang justru menimbulkan pertanyaan soal kapasitas.

Pernyataan para pejabat ini memunculkan pertanyaan publik mengenai sensitivitas, dan pemahaman mereka terhadap bencana alam di Indonesia. Di tengah tingginya korban dan kerusakan, aksi simbolik dan komentar yang tidak sesuai dianggap tidak membantu pemulihan, bahkan memperburuk asumsi masyarakat terhadap pemerintah.

Rekomendasi