ERA.id - Parfum harum yang kita pakai sekarang punya sejarah panjang. Sebelum dikenal seperti sekarang, sejak ribuan tahun lalu, kata “parfum” berasal dari bahasa Latin (Per Fume) yang berarti “through smoke” atau “melalui asap”.
Parfum dulu digunakan untuk upacara keagamaan, pembakaran dupa, dan tanam-tanaman yang digunakan dalam pelayanan keagamaan.
Dari bahan apakah parfum itu dibuat dulunya? Dari berbagai sumber, parfum tertua di dunia biasanya terbuat dari kemenyan dan mur dikumpulkan dari pohon.
Dilansir dari Telegraph, parfum pertama kali ditemukan bangsa Mesir sejak 3000 tahun Sebelum Masehi dan khusus digunakan untuk pembakaran dupa dan pengolesan balsem dan salep. Setelahnya, budaya bangsa Mesir itu kemudian diikuti oleh bangsa Tiongkok kuno, Hindu, Israel, Kartago, Arab, Yunani, dan Romawi.
Pada awalnya, minyak wangi ini disimpan dan digunakan khusus pada ritual keagamaan, seperti upacara pembersihan di Mesir.
Lalu dibuatlah botol parfum sekitar 1000 SM. Umumnya parfum diletakan di dalam gelas dan botol kaca. Kemudian pada tahun 1580-1085 SM, parfum digunakan selama festival dan perempuan Mesir juga menggunakan wewangian dan minyak perlengkapan mandi dan kosmetik.
Setelahnya, penggunaan parfum menyebar ke Yunani, Roma, dan dunia Islam. Sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi, pengaruh parfum menyusut. Hal ini disebabkan saat memasuki abad pertengahan, terdapat dogma "Thou Shalt Not Bath" yang menyebabkan orang tidak mandi dan tidak menggunakan parfum.
Islam
Ilmuwan Muslim yakni al-Kindi adalah penemu industri parfum melalui riset menyeluruh dan eksperimen dengan menggabungkan berbagai tanaman untuk menghasilkan aroma parfum yang berbeda-beda.
Ilmuwan Islam mengembangkan teknik ekstraksi wewangian yang jauh lebih efektif, yaitu lewat distilasi uap. Ibnu Hayyan, yang merupakan ahli kimia berhasil mengembangkan teknik distilasi, penyaringan dan penguapan. Hasilnya, cairan parfum menjadi lebih banyak.
Sementara Ibnu Sina atau Avicenna adalah orang yang memperkenalkan teknik distilasi. Ia pertama kali bereksperimen dengan bunga mawar. Ilmuwan Barat kemudian mengembangkan teknik tersebut dengan penggunaan material mentah lain dan parfum berbahan dasar minyak.
Eropa
Parfum dikenal di Eropa lewat jalur perdagangan dlaam catatan Pepperers Guild of London yang bertanda tahun 1179 M. Di dalam, disebutkan bahwa orang Eropa melakukan transaksi bahan-bahan parfum serta rempah-rempah dengan pedagang Muslim.
Teknik memproduksi parfum dalam dunia Islam dan teknologi distilasi telah menginspirasi komunitas ilmuwan di budaya Barat selama abad ke-14, terutama di Prancis (kota Grasse).
Naik daun
Parfum mulai dikenal masyarakat luas pada abad ke-17. Sarung tangan berparfum menjadi populer di Prancis dan pada tahun 1656, serikat pembuat sarung tangan dan parfum didirikan.
Parfum menyebar luas di berbagai kelas sosial di Perancis. Pengadilan Louis XV bahkan bernama “le cour parfumee” (the perfumed court) karena aroma wewangian yang digunakan setiap hari, tidak hanya pada kulit tetapi juga untuk pakaian dan furnitur, sehingga menyebabkan ruangan tersebut berbau sangat harum.
Penemuan eau de Cologne 18 menjadi kemajuan revolusioner dalam wewangian. Ini menyegarkan campuran rosemary, neroli, bergamot dan lemon. Penggunaannya memiliki beberapa varian yaitu dengan diencerkan untuk air mandi, dicampur dengan anggur, dimakan pada gula, sebagai obat kumur, dijadikan bahan enema atau bahan untuk tapal kuda, disuntikkan langsung dan masih banyak lagi.
Karena itu, perdagangan melati, mawar dan perdagangan jeruk tumbuh pesat, kota Grasse, Paris. Akhirnya, Prancis memantapkan dirinya sebagai pusat produksi terbesar untuk bahan baku parfume.
Saat ini, telah ada lebih dari 30.000 parfum buatan desainer di pasaran dan parfum tidak hanya digunakan untuk kalangan atas saja. Semua kelas bisa memakainya.
Di masa depan, parfum akan dibuat dengan lebih banyak aroma. Parfum masa depan juga dapat dihasilkan dari mikroorganisme non patogen. Parfum masa depan juga dirancang agar tidak mematikan bakteri baik di tubuh manusia.