ERA.id - Tanpa sosok Pantalone, dieja Pantaloon dalam bahasa Inggris, mungkin kita takkan mengenal celana. Pantalone ialah salah satu karakter utama terpenting yang ditemukan di commedia dell'arte.
Nama lengkap Pantalone adalah Pantalon de 'Bisognosi', bahasa Italia untuk "Pantalone of the Needy". Dalam berbagai sumber, Pantalone dicirikan sebagai orang yang tamak dan mudah emosi.
Dengan perlakuannya yang kejam, ia tidak segan berbuat berlaku kasar kepada rekan-rekannya. Maka dari itu, Pantalone dianggap sebagai bagian penting dari commedia.
Selain itu, Pantalone juga ditampilkan sebagai pria lajang atau duda, dan terlepas dari usianya, ia kerap menyatakan cinta dan mendekati banyak perempuan, tapi sayangnya ia selalu ditolak.
Masih dalam commedia dell'arte. posisi Pantalone dilukiskan seperti orang tua yang kerap bermain-main dengan firasat. Kalau jalan, pinggulnya ke depan, makanya langkah Pantalone lebih besar saat dia berjalan.
Gerak-gerik itu kemudian didukung dengan rancangan kostum yang tidak sesuai padanya. Semuanya demi menghibur masyarakat yang membaca ceritanya.
Kostum untuk Pantalone ditandai dengan penggunaan warna merah untuk hampir seluruh kostum. Ciri-ciri kostum juga mencakup topi gaya Yunani, jaket, celana panjang atau celana dalam dengan stoking, jaket ketat, kopiah wol, dan jubah.
Karena kakinya yang kurus, Pantalone sering disebut sebagai orang yang aneh dengan celananya. Meski begitu, lama-lanma, orang-orang lalu mengikuti celana yang dipakainya dan perlahan-lahan menjulukinya dengan celana pantalone. Di Indonesia, dulunya celana panjang disebut pantalon.
Bermula di Inggris
Dilansir dari laman Merriam Webster, ketika celana dengan gaya serupa menjadi populer selama restorasi di Inggris, celana itu dikenal sebagai pantalon. Saat itu, mode berubah selama bertahun-tahun, tetapi pantalon terus menjadi kata yang digunakan untuk merujuk pada berbagai jenis celana panjang.
Orang Amerika memotong istilah itu menjadi celana atau "pants" pada awal abad ke-19, dan kata yang lebih pendek itu menjadi istilah standar untuk garmen, yang juga berfungsi sebagai dasar untuk produk baru seperti pelbagai bentuk celana.
Saat itu, celana pendek "pants" saja dianggap vulgar oleh beberapa komentator bahasa untuk beberapa waktu, termasuk Ambrose Bierce, yang menulis dalam bukunya tahun 1909 soal pantalon.