ERA.id - Eks staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sekaligus seorang guru besar Universitas Airlangga, yakni Henri Subiakto, pernah berdebat dengan Rocky Gerung.
Namun sebelum membahas itu, perlu diketahui, kalau kemarin Henri mengamuk di media sosial usai meladeni akun anonim bernama @partaisocmed.
Mereka berseteru soal akun yang dibayar untuk menyerang pribadi tertentu atau pemerintah. Bersama akun anonim tersebut, Henri pun menumpahkan uneg-unegnya.
Lewat pesan langsung atau DM, di Twitter, Henri menyapa akun anonim itu dengan kata, "hei pendek".
Tak lama, si akun anonim itu membalas. "sekarang lewat dm? Kok jadi body shaming prof? Emosi ya?". Tak lama, Henri Subiakto membalas bahwa ia tahu siapa sosok di balik akun anonim tersebut.
"Artinya aku tahu kamu. Makanya jangan kurang ajar."
Netizen pun merespons isi DM dari Henri itu. Banyak yang mengaitkan Henri dengan 'kompresor' setelahnya. Bagaimana ceritanya mengapa kata 'kompresor' ditujukan ke Henri Subiakto?
Ceritanya begini, ada cuitan Henry yang jadi perbincangan usai dia melawan argumen Rocky Gerung soal duit negara yang disiramkan ke pemerintah:
“Diakui atau tdk, RG itu minimal punya dua manfaat, satu dia berhasil membuat kelompok Islam yang dinilai intoleran, ternyata bisa menerima orang yang agamanya gak jelas hanya krn sama-sama pengecam pemerintah. Kedua, dia bisa membuat medsos saya tambah followernya. Alhamdulillah,” kata Henry di akun Twitternya @henrysubiakto, Sabtu (29/8/2020).
“Jadi yang gak suka RG tolong jangan anggap tidak ada gunanya dia. Ada, sampai saya saja melayani dia lho.”
Tak lama, lewat sebuah video, Rocky balik menyinggung profesor Universitas Airlangga itu.
“Dia menganggap dia profesor, dia menyebutnya dengan jelas, tetapi saya melihat tidak ada bahasa profesor di situ, yang saya dengar ada suara kompresor, marah-marah dan ngamuk-ngamuk,” ucap Rocky Gerung tertawa.
“Masa Guru Besar Airlangga tampil ngaco dan masih ngotot di media sosial dan membully orang.”
“Semua keguruan besaran dia akhirnya ditanggalkan oleh kedunguan untuk memamerkan arogansi lewat media sosial,” tambahnya.