Tapi, apalah arti penyesalan. Toh, Instagram sekarang lebih bersinar di mata kita. Dan hal semacam ini sejatinya memang biasa terjadi. Artinya, memang enggak ada satupun media sosial yang mampu bertahan tanpa inovasi. Eits, bukan berarti Path enggak berinovasi. Pada pertengahan Juli 2017 lalu, Path sempat menarik perhatian jagat teknologi informasi dengan merilis fitur Explore. Bukan apa-apa, fitur ini membuat muruah Path seakan-akan bergeser. Dari media sosial yang intim dan personal, menjadi media sosial yang berorientasi pada peningkatan eksistensi penggunanya, sama seperti Instagram.
Kalau kamu masih ingat, pada masa awal-awal digandrungi, Path betul-betul intim dan personal dengan membatasi jumlah friends setiap penggunanya di angka 150. Artinya, hanya dengan jumlah tersebutlah para pengguna Path bisa berbagi foto, lokasi, video, teks, ataupun referensi film dan musik. Tapi, fitur Explore mengubah nilai-nilai itu. Meski enggak sepenuhnya berubah, sih. Karena hanya pengguna yang memilih untuk mengubah setting-an profilnya menjadi Public Profile yang bisa mengakses dan berinteraksi dalam fitur Explore.
Yang jelas, lewat fitur Explore, pengguna Path dapat mengakses unggahan dari pengguna Path lain secara lebih luas, tanpa dibatasi algoritma pertemanan, mirip seperti fitur Explore yang terdapat pada Instagram. Selain itu, algoritma pertemanan Path pun sempat berubah. Dari sebelumnya berbasis 'pertemanan' menjadi berbasis follow untuk akun-akun tertentu.
“Kami senang menyambut pertengahan tahun dengan cara baru untuk mengeksplor momen-momen publik dari jutaan pengguna Path di seluruh dunia,” demikian tertulis dalam laman blog resmi Path kala itu.
Selain fitur Explore, sebelumnya Path juga merilis sejumlah fitur andalan lain, seperti Private Sharing, Inner Circle, hingga fitur Premium. Fitur Premium memungkinkan penggunanya memanfaatkan segala jenis filter foto eksklusif dan memberi akses tanpa batas kepada penggunanya saat berbelanja di Path Shop. Paket berlangganan fitur Premium Path adalah 1,99 dolar AS untuk pengguna Android dan 4,99 per tiga bulan untuk pengguna iOS, di luar paket tahunan seharga 14,99 dolar AS untuk Android dan iOS.
Ilustrasi (FOTO: Yudhistira/era.id)
Membangun kenangan lewat fitur
Selain fitur-fitur yang kami sebut di atas, Path sejatinya telah sejak awal menjadi media sosial dengan berbagai fitur paling personal. Makanya, enggak heran, perpisahan Path dengan para penggunanya jadi salah satu perpisahan paling emosional antara sebuah platform media sosial dengan penggunanya. Di linimasa Twitter, Facebook, hingga Instagram, para netizen mengunggah sejumlah kenangan yang menumpuk di linimasa Path mereka.
Ada yang mengungkap bagaimana asyiknya kirim-kiriman kode lewat update-an Listening To, ada yang mengenang selera musiknya yang dulu ternyata amat katrok, ada yang berhasil mengingat film-film yang menginspirasi hidupnya, atau netizen yang betul-betul sial (dan yang jelas bukan saya) karena mendapati fotonya duduk di atas Vespa bersama sang mantan pacar sembari makan sate padang di kawasan Taman Suropati. Pokoknya, macam-macamlah kenangan para netizen yang berhasil dibangunkan Path dalam flashback singkat mereka.
Memang, sejumlah fitur Path membantu kita menikmati pengalaman yang sangat personal dalam bermedia sosial. Algoritma pertemanan yang terbatas di angka 150, misalnya. Algoritma ini membuat kita lebih leluasa membagikan hal-hal yang bersifat personal. Coba saja, apa yang lebih personal dari mengumumkan waktu bangun dan waktu tidurmu lewat fitur Sleep dan Awake. Nah, fitur-fitur personal itulah yang membuat Path istimewa dan bikin penggunanya susah move on. Coba cek sendiri kesedihan para netizen di bawah ini.