"Prosedur pengajuan dokumen rampung. Semua telah selesai. Dia (Gamzatova) secara pribadi telah memberikan dokumen dan diterima oleh anggota kelompok kerja komisi pemilihan, Yevgeny Shevchenko," kata juru bicara Gamzatova, Gurizada Kamalova, dilansir dari berbagai sumber, Kamis (4/1/2017).
Langkah Gamzatova mencalonkan diri sebagai capres Rusia menyedot perhatian komunitas Muslim di Rusia dan disorot banyak media internasional. Banyak pihak menyebutnya pemberani. Gamzatova dinilai dapat meningkatkan citra perempuan Muslim di Rusia.
Pengamat politik Rusia dari lembaga Conflict Analysis and Prevention Centre, Ekaterina Sokirianskaia, mengungkapkan kehadiran Gamzatova menambah keberagaman bursa capres Rusia 2018 yang selama ini didominasi pria.
"Mewujudkan langkah eksklusif. Melahirkan banyak perbedaan kandidat, khususnya perempuan, akan lebih baik. Apabila dia perempuan Muslim, mengapa tidak?" ujar Sokirianskaia.
Lewat jalur ini, warga di wilayah Dagestan juga berharap nantinya mendapat perhatian pemerintah. Kota kelahiran Gamzatova, Dagestan, memang dikenal kumuh, padat populasi dan sering terjadi konflik.
"Banyak orang akan mengetahui perempuan berkerudung tidak hanya berperan sebagai ibu, tapi juga menjadi sosok terpelajar, bijak dan terhormat," ucap Menteri Olahraga Dagestan, Gaidarbek Gaidarbekov.
Partisipasi Gamzatova dalam pilpres pada Maret mendatang diperkirakan akan didukung 20 juta komunitas Muslim, dari total populasi Rusia sebanyak 140 juta jiwa. Namun, seorang bloger terkenal asal Dagestan, Zakir Magomedov, menganggap upaya Gamzatova sia-sia.
"Jelas dia (Gamzatova) tidak akan menjadi presiden, bahkan membicarakannya saja terasa bodoh," imbuh Zakir.