Dia merupakan tokoh dibalik kejutan utama saat opening ceremony Asian Games 2018. Dalam acara tersebut Jokowi tampil dengan aksi stoppoie (mengerem dengan rem depan hingga ban belakang terangkat) di atas motor gede atau moge. Kepiawaian Wishnutama tak berhenti di situ saja, dia juga ikut membantu merancang kampanye kreatif Jokowi - Ma'ruf Amin, di pemilihan presiden 2019 ini.
"Jika bicara siapa tokoh muda (menteri) yang punya kemampuan untuk itu, saya melihat ada pada diri, Wishnutama. Mengapa? Track record dirinya sebagai seorang profesional di industri media televisi yang langsung terlihat hasil nyata dari pekerjaan yang dilakukan, membuktikan dirinya sangat result oriented," ungkap anggota Senate Indonesia Marketing Association, Fritzs Simandjuntak dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/10).
"Sukses penyelenggaraan upacara pembukaan dan penutupan Asian GAmes 2018, dan bagaimana efektifitas kampanye terbuka yang dilakukan Jokowi saat Pilpres lalu, pantas diapresiasi tinggi," imbuh Fritz.
Menurutnya, tokoh-tokoh muda yang prinsip result oriented dalam etos kerjanya dinilai layak berada di kebinet pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Di mana beberapa kementerian-kementerian strategis yang mayoritas bermuara pada proses oriented.
"Pemerintahan Jokowi memerlukan kementerian yang lebih dinamis, fleksibel, dan berorientasi pada hasil demi mengatasi tantangan jangka pendek di bidang ekonomi," lanjutnya.
Menurut Fritzs, kreatifitas dan kemampuan manajerial pria yang bernama lengkap Wishnutama Kusubandio itu, menjadi kredit poin tersendiri, terutama jika dipercaya untuk menangani ekonomi kreatif. Begitu juga dengan bidang pariwisata sebagai sumber devisa nonmigas Indonesia masih memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan.
"Terobosan-terobosan untuk menaikkan nilai tambah pariwisata Indonesia secara ekonomi hanya bisa dihasilkan oleh tokoh-tokoh muda kreatif, penuh inovatif, dan orientasi pada hasil yang langsung nyata dirasakan," tuturnya.
Meski mengakui kesuksesan beberapa tokoh muda sebagai enterpreuner, namun Fritzs tetap menyarankan agar prinsip kehati-hatian tetap diutamakan dalam memilih enterpreuner sebagai anggota kabinet. Hal tersebut terkait dengan santernya nama Nadiem Makarim, CEO Gojek Indonesia sebagai kandidat menteri.
Fritzs mencontohkan, saat mantan PM Malaysia, Najib Razak memilih beberapa tokoh muda yang lulusan luar negeri atau pernah bekerja di perusahaan-perusahaan internasional ternama dalam pemerintahannya selama periode 2009-2018, ternyata banyak pula yang gagal dan rontok di tengah jalan.
"Bagaimanapun ada perbedaan antara bekerja di perusahaan, terlebih di perusahaan sendiri, dengan bekerja di pemerintahan. Ada banyak aturan dan pertimbangan sehingga eksekusi jauh berbeda," jelasnya.