Serangan Supremasi Kulit Putih pada Kaum Yahudi Marak di AS

| 22 Oct 2019 09:43
Serangan Supremasi Kulit Putih pada Kaum Yahudi Marak di AS
Penghormatan bagi para korban penembakan massal sinagoga di Soldiers and Sailors Memorial Hall and Museum. (Twitter/Michael M. Santiago)
Jakarta, era.id - Kasus anti-Semit di Amerika Serikat (AS) yang dilakukan oleh supremasi kulit putih terhadap kaum Yahudi semakin meningkat. Dalam sebuah laporan, pembantaian di sebuah sinagoga Pittsburg pada tahun lalu diduga menjadi pemantiknya. Sejak itu setidaknya 12 supremasi kulit putih telah ditangkap.

Supremasi kulit putih adalah gerakan yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih yang merasa bahwa rasnya adalah ras terbaik dan merasa lebih superior dari ras lainnya. Gerakan supremasi kulit putih sudah terjadi dari berabad-abad yang lalu. 

Sementara itu, anti-Semit adalah suatu sikap permusuhan atau prasangka terhadap kaum Yahudi dalam bentuk-bentuk tindakan penganiayaan/penyiksaan terhadap agama, etnik, maupun kelompok ras. Mulai dari kebencian terhadap individu hingga lembaga.

Dalam sebuah laporan terbaru kelompok hak-hak sipil Yahudi, Anti-Defamation League (ADL) menghitung, setidaknya 50 insiden melibatkan supremasi kulit putih telah menargetkan properti institusi Yahudi. Hal ini terjadi sejak seorang pria bersenjata menewaskan 11 jemaah di sinagoga pada 27 Oktober 2018. 

 

Baca Juga: Tren Live Streaming dalam Aksi Penembakan Brutal

Dilansir Al Jazeera, Selasa (22/10/2019), insiden itu termasuk 12 kasus perusakan yang melibatkan simbol supremasi kulit putih dan 35 kasus dengan propaganda supremasi kulit putih. ADL mengatakan, jumlah insiden anti-Semit secara nasional mendekati level tertinggi. Ini dihitung dari 780 insiden anti-Semit dalam enam bulan pertama tahun 2019, dibandingkan dengan 785 insiden selama periode yang sama pada 2018.

Kelompok itu menyebutkan banyak kasus anti-Semit dilakukan karena terinspirasi dari serangan supremasi kulit putih sebelumnya. Termasuk penangkapan John T Earnest pada April 2019, yang dituduh membunuh satu orang dan melukai tiga orang lainnya dalam aksi penembakan di sinagoga di Poway, California.

Dalam sebuah unggahan di media sosial, Earnest mengatakan dirinya terinspirasi oleh serangan mematikan di Pittsburg dan aksi penembakan brutal di dua masjid di Christchruch, Selandia Baru, yang menewaskan sedikitnya 51 orang pada Maret lalu.

Ancaman yang jelas dan nyata

Desember lalu, pihak berwenang di Monroe, Washington, menangkap seorang supremasi kulit putih setelah ADL memberi tahu otoritas tentang kecurigaan sebuah ancaman di Facebook untuk membunuh orang Yahudi di sebuah sinagoga. ADL mengatakan pihaknya juga membantu pemerintah di Lehighton di Pennsylvania mengidentifikasi seorang supremasi kulit putih yang dituduh menggunakan pesan dan gambar digital dengan senapan serbu kepada sekelompok Yahudi.

"Kita tidak bisa dan tidak akan tenang mengetahui ancaman yang ditimbulkan oleh supremasi kulit putih dan ekstremis lain terhadap komunitas Yahudi yang jelas ada dan nyata," kata CEO kelompok itu, Jonathan Greenblatt dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Roda Kecil dalam Mesin Pembunuh Nazi

Insiden-insiden ini termasuk penembakan seorang lelaki tua di luar sebuah sinagoga di Miami, kebakaran yang terjadi di beberapa institusi Yahudi di New York dan Massachusetts, bom molotov yang dilemparkan ke jendela-jendela sinagoga di Chicago, menorah yang rusak di Georgia dan New Jersey, serta maraknya vandalisme anti-Semit, demikian laporan ADL.

Di Amerika Serikat, rasisme supremasi kulit putih sudah terjadi semenjak sebelum perang sipil terjadi di tahun 1860-an. Setelah perang sipil Amerika Serikat selesai, era Rekonstruksi (1863-1877) masih menganggap rasisme dan supremasi kulit putih adalah hal yang normal. Supremasi kulit putih ini diterapkan dalam berbagai bentuk.

Joe Biden, mantan wakil presiden pada era Barack Obama bahkan pernah mengatakan bahwa rasisme dan supremasi kulit putih di AS sudah melembaga yang merupakan masalah manusia berkulit putih terhadap mereka berkulit berwarna. "Orang kulit putih menjadi alasan kami memiliki rasisme terlembagakan. Rasisme selalu ada di Amerika. Supremasi putih selalu ada, mereka masih nyata," kata Biden kepada sekelompok jurnalis dalam wawancara 90 menit di kantornya di Washington, Selasa, 26 Agustus 2019.

Rekomendasi