Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (29/1/2020), sebuah keluarga yang berasal dari Wuhan, terdeteksi terkena virus korona baru. Otoritas setempat langsung memberlakukan pengawasan medis ketat terhadap keluarga tersebut.
"Kondisi kesehatan mereka yang terkena dampak stabil dan berada di bawah pengawasan medis," tulis Kementerian Kesehatan dan Pencegahan UEA dalam pengumumannya.
Bandara-bandara yang ada di negeri kaya raya ini memang rutin terkenal sebagai pusat transit penerbangan internasional. Padahal pemerintah setempat sudah menyaring semua penumpang yang datang dari China di tengah wabah virus mematikan itu.
Penyakit ini telah menyebar ke belasan negara sejak akhir tahun lalu. Angka pengidap yang tewas sudah mencapai 132 orang dengan pasien yang terdeteksi mendekati 6.000.
Tahun lalu saja, ada lebih dari 989 ribu turis dari China yang hilir mudik di negeri ini. Diprediksi, angka itu akan melompat hingga satu juta wisatawan pada tahun 2020.
Dunia bergerak untuk ikut membantu China mencegah penyakit ini meluas lebih jauh. Washington secara resmi sudah mengajukan permohonan kepada Beijing dibolehkan mengirim
ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) ke China. Namun permohonan ini belum mendapat jawaban dari Beijing.
Meski menjadi virus yang menakutkan, toh bagi Kementerian Kesehatan masih dianggap lebih 'jinak' dibanding SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).
"SARS angka kematiannya cukup tinggi, sekitar 30-an persen dari jumlah yang sakit. Kemudian MERS ini agak jahat dengan angka kematian di atas 40 persen. Novel corona datanya masih di bawah 4 persen," kata Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), Achmad Yurianto.