Alasan Unilever Hingga Coca-Cola Menyetop Iklan di Semua Medsos

| 28 Jun 2020 14:06
Alasan Unilever Hingga Coca-Cola Menyetop Iklan di Semua Medsos
Coca-Cola (Foto: Pexels/Caitlyn Hastings)
Jakarta, era.id - Coca-cola mengumumkan akan menyetop iklan di semua platform di media sosial secara global selama 30 hari ke depan pada Jumat (26/6/2020).

Perusahaan menolak jika disebut memboikot media sosial, dengan dalih penghentian iklan hanya sementara waktu saja. 

Pada pekan lalu, sejumlah merek global ternama telah menghentikan iklan di Facebook untuk pada Juli nanti. Lebih dari 90 merek ternama ikut gerakan ini, seperti Verizon, Patagonia, REI, Lending Club dan The North Face.

Adapun kelompok organisasi yang ikut tergabung dalam gerakan ini, di antaranya Anti-Defamation League, the NAACP, Sleeping Giants, Color of Change, Free Press, dan Common Sense.

"Tidak ada tempat untuk rasisme di dunia dan tidak ada tempat untuk rasisme di media sosial," ungkap CEO dan Chairman Coca-Cola, James Quincey dalam sebuah pernyataan. 

“Perusahaan Coca-Cola akan menghentikan sementara iklan di semua platform media sosial secara global setidaknya selama 30 hari. Kami akan mengambil waktu untuk meninjau kembali kebijakan iklan untuk menentukan revisi apa saja yang diperlukan. Kami juga berharap akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dari mitra media sosial kami," jelasnya yang dikutip dari CNBC, Minggu (28/6/2020).

Pengumuman Coca-Cola muncul setelah Unilever, Levi's, dan P&G mengatakan akan menghentikan iklan di Facebook, Instagram, dan Twitter untuk bulan Juli.

“Facebook harus mengambil tindakan untuk menghentikan informasi yang salah dan penyebar kebencian di platform-nya. Ini adalah penghinaan yang tidak bisa diterima terhadap nilai-nilai kita. Kami dan Dockers bergabung dengan kampanye #stophateforprofit dan menjeda semua iklan di Facebook," tulis Levi's dalam sebuah pernyataan resmi.

Selain itu, Hershey's dan Procter & Gamble (P&G) juga mengumumkan akan memangkas pengeluaran di Facebook dan Instagram. Hal itu menyagkut pemilihan, menindak penindasan pemilih, dan melawan ujaran kebencian.

“Kami tidak percaya bahwa Facebook mengelola pidato kekerasan dan memecah belah secara efektif di platform mereka. Meskipun pernyataan berulang oleh Facebook untuk mengambil tindakan, kami belum melihat perubahan yang berarti,“ tambah pernyataan tersebut.

“Awal bulan ini kami berkomunikasi dengan Facebook bahwa kami tidak senang dengan sikap mereka tentang pernyataan bersifat kebencian. Kami sekarang telah memotong pengeluaran di Facebook dan platform lainnya, termasuk Instagram, hingga sepertiga untuk sisa tahun ini," lanjutnya.

P&G berharap agar seluruh platform media sosial bisa mengambil tindakan dan menjadi wadah yang aman untuk konsumen dalam berkomunikasi. 

"Sebagai sebuah perusahaan, kami mendukung nilai-nilai kebersamaan dan inklusi. Kami teguh memegang komitmen untuk membuat perbedaan dan menjadi bagian dari perubahan positif," kata P&G.

CEO Mark Zuckerberg juga membahas kebijakan baru saat siaran langsung di Facebook.

"Kebijakan baru untuk menghubungkan orang-orang dengan informasi otoritatif tentang pemungutan suara, menindak penindasan pemilih, dan melawan pidato kebencian," ujar Zuckberberg yang tidak secara langsung tertuju ke boikot iklan.

Dalam memo baru-baru ini, VP Solusi Pemasaran Global Facebook, Carolyn Everson, mengatakan "boikot secara umum bukanlah cara bagi kita untuk membuat kemajuan bersama."

"Saya juga sangat berharap sekarang kamu tahu bahwa kami tidak membuat perubahan kebijakan terkait dengan tekanan pendapatan. Kami menetapkan kebijakan berdasarkan prinsip daripada kepentingan bisnis," katanya dalam memo itu.

Rekomendasi