Dua contoh di antaranya adalah saat memilih Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dan menang pada Pilkada DKI Jakarta 2012, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Kalau Prabowo itu kita lihat dia lebih sukses kalau dorong orang ketimbang dia sendiri yang maju," kata pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2/2018).
Hendri yakin Prabowo akan memberikan tiket Pilpres 2019 kepada figur alternatif. Meski di lain sisi internal Gerindra sangat ingin mantan Danjen Kopassus itu kembali maju di arena pilpres.
"Kalau bicara soal Pilpres 2019 sampai saat ini saya meyakini Prabowo akan memainkan peran yang berbeda, entah jadi pengusung saja, atau yang jelas perannya akan berbeda," ungkap Hendri.
Presiden Joko WIdodo bersama Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (istimewa)
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari memprediksi tiga elite partai politik akan menjadi king maker pada Pilpres 2019. Yakni, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang merupakan tokoh senior Golkar.
"Kenapa Bu Mega? Karena Bu Mega ketua umum, PDIP besar sekali. Kursinya (di DPR) 109 dengan presentasinya 19 persen. Ya tinggal sedikit sekali (mencapai ambang batas pencalonan presiden), gabung dengan partai politik lain sudah bisa mengajukan calon sendiri, kita belum tahu siapa calonnya," ucap Qodari, Jumat (16/2).
Sosok selanjutnya, kata dia, adalah SBY yang diyakini akan memunculkan putra mahkotanya, Agus Harimurti Yudhoyono.
"SBY dia mengontrol Partai Demokrat, tidak cukup menggandeng satu partai (untuk mengusung) tapi dua partai, itu tentu kerja keras. Tetapi kita tahu SBY punya putra mahkota namanya AHY," katanya.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (Radiansyah/era.id)
Untuk Jusuf Kalla, meskipun bukan ketua umum partai, namun saran dan masukannya kerap menjadi pertimbangan penting. Hal itu terbukti, kata Qodari, saat dia merekomendasikan Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Pak Jusuf Kalla memang bukan ketua partai, tetapi karena dia politisi senior dan dianggap sebagai tokoh kunci dalam komunitas Islam, dia mungkin bisa merekomendasikan nama-nama tertentu untuk didukung partai politik. Dan sudah kita saksikan dari Pilkada DKI Jakarta. Pak Jusuf Kalla mengusulkan nama Anies dan ternyata diterima oleh partai politik bisa maju dan kemudian bisa menang," ujarnya.