Waduh! Twitter Juga Pernah Jual Data

| 02 May 2018 11:35
Waduh! Twitter Juga Pernah Jual Data
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Tak kurang dari 87 juta data pengguna Facebook disalahgunakan oleh firma analisis data Cambridge Analytica. Tapi diketahui mereka juga sempat memiliki akses data terhadap pengguna microbloging di Twitter dalam jumlah yang tak sedikit.

Hal itu diungkapkan Twitter yang diketahui pernah menjual akses data miliknya itu ke Global Science Research (GSR) yang dikepalai Aleksandr Kogan. Pria tersebut notabenenya adalah orang di balik layar yang membuat kuis #thisisyourdigitallife, yang kemudian menyalahgunakan 87 juta pengguna Facebook untuk kepentingan kampanye Donald Trump.

Kogan mendapat akses terhadap data mengenai unggahan di Twitter lewat firma buatannya bernama Global Science Research (GSR). Akses tersebut memungkinkan GSR untuk menjangkau seluruh unggahan dalam periode tertentu dalam sehari pada 2015 lalu.

"Pada 2015, GSR mendapatkan akses API selama satu hari terhadap sampel acak dari kicauan para user yang dilakukan pada periode Desember 2014 hingga April 2015," ujar Twitter.

"Berdasarkan laporan terkini, kami telah melakukan penyelidikan internal dan tidak menemukan data sensitif dari user yang diakses (oleh GSR)," lanjutnya, kutip era.id dari Bloomberg, Rabu (2/4/2018).

Tak hanya itu, Twitter juga mengaku bahwa GSR sempat memberikan bayaran untuk mendapatkan akses data platform mikroblog itu. Hingga pada akhirnya perusahaan itu memperoleh data akses yang luas, termasuk postingan 30 hari terakhir bahkan postingan sejak tahun 2006. 

Namun, Twitter tak memberikan informasi lebih lanjut mengenai apa yang dilakukan oleh Kogan setelah mendapatkan akses pengguna kicauan itu. Sebab, kicauan dan profil di Twitter tak terlalu memampangkan privasi penggunanya, kecuali apa yang ia tulis untuk publik dan informasi publik seperti lokasi yang dibagikan, biografi singkat atau foto profil. 

Sebagaimana sempat diberitakan sebelumnya, Cambridge Analytica memanfaatkan data milik 87 juta pengguna Facebook untuk menjalankan kampanye digital bagi Donald Trump ketika maju sebagai calon presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu.

Rekomendasi