Bertemu Ketua MPR, Rizal Ramli Bahas Situasi Politik

| 03 May 2018 12:43
Bertemu Ketua MPR, Rizal Ramli Bahas Situasi Politik
Ketua MPR Zulkifli Hasan dan Rizal Ramli (Meri/era.id)
Jakarta, era.id - Ketua MPR Zulkifli Hasan menjelaskan pertemuannya dengan eks Menko Kemaritiman Rizal Ramli. Zulkifli mengaku meminta pendapat Rizal Ramli mengenai situasi tahun politik.

"Ini kan masukan-masukan tahun politik kita ingin dengar tokoh-tokoh sebagai Ketua MPR tentang masukan-masukan dan pikiran-pikirannya. Bagi kita walaupun capres cawapres banyak, pilkada, tahun politik, bagi MPR kan merah putihnya sama," katanya, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Menurut Zulkifli, tahun politik kali ini harus berjalan damai tanpa perpecahan antara pendukung. Oleh sebab itu perhelatan politik merupakan ajang kontestasi sesama anak bangsa.

"Kita bukan lawan orang lain, tapi sama-sama kader terbaik negeri ini. Karena itu, sebagai Ketua MPR betul-betul inginkan jangan sampai publik pecah jadi dua," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rizal Ramli mengatakan politikus Indonesia saat ini, diklaimnya sekadar bermodalkan pencitraan tanpa benar-benar ingin melakukan perubahan.

"Selama ini kompetisi politik di Indonesia modalnya hanya pencitraan. Udah lama sekali. Kalau seandainya Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir dan Agus Salim ikut kompetisi politik hari ini, saya jamin kalah karena nggak bisa pencitraan apalagi Agus Salim naik sepeda kemana-mana," papar Rizal.

Ia berharap, ke depan, kompetisi politik Indonesia diisi adu gagasan serta visi dan misi. Rizal kemudian mencontohkan dirinya yang sejak muda sengaja turun ke dunia politik untuk mengubah situasi ini.

"Kalau kita tenggalam dalam politik pencitraan, mohon maaf, kita sulit untuk jadi bangsa besar. Itu lah kenapa saya dari muda menjadi game changer ikut kompetisi ini, kita ubah permainan bukan hanya pencitraan tapi kompetisi gagasan, visi karakter dan track record," sambungnya.

Ia mengaku punya alasan khusus. Jika politikus sibuk melakukan pencitraan, kata Rizal, rakyatlah yang akan merugi. Sebab, zaman dulu antar tokoh berbeda pendapat tapi hubungan kekeluargaan dan hubungan persahabatan tetap erat antara semuanya baik tokoh Islam, nasionalis, dan abangan.

"Kalau hanya pencitraan maka buntutnya rakyat hanya dimainkan emosinya, kalau itu terjadi akhirnya bangsa terbelah. Agar kita kompetisi gagasan jangan hanya bahas atau ambil event yang pencitraan karena kasian rakyat," tutupnya.

Rekomendasi