Profil Arteria Dahlan, Kader PDIP yang Penuh Kontroversi

| 19 Jan 2022 11:28
Profil Arteria Dahlan, Kader PDIP yang Penuh Kontroversi
Kader PDIP sekaligus anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan (Dok. DPR RI)

ERA.id - Kader PDIP sekaligus anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan disorot karena dinilai rasis usai meminta Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin untuk memecat Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) yang menggunakan bahasa Sunda saat rapat.

Arteria bukan sekali saja pernah bikin heboh. Selain menyinggung suku Sunda, ia juga pernah menggertak mantan menteri era Soeharto, Emil Salim.

Lantas seperti apa sih profil Arteria Dahlan? Dari berbagai sumber, ERA.id akan mengurainya.

Arteria lahir 7 Juli 1975. Selain politisi, ia adalah seorang pengacara. Saat ini, ia menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2019–2024, mewakili daerah pemilihan Jawa Timur VI.

Arteria sendiri mulai jadi legislator di DPR RI sejak 23 Maret 2015. Ia menggantikan Djarot Saiful Hidayat, yang ditunjuk sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Toh, saat itu, Djarot didapuk menjadi pendamping Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.

Arteria, asal tahu saja, adalah perantau Minang asal Kukuban, Maninjau, Sumatra Barat. Bersama ayahnya yakni Zaini Dahlan dan ibunya, Wasniar, mereka hijrah ke Jakarta pada era 1950-an.

Sebab dulu dikaitkan dekat dengan PKI, Arteria lantas membantah. Ia mengaku kalau keluarganya berasal dari keluarga Masyumi.

Kakeknya bernama Ahmad Dahlan dan istrinya bernama Dahniar Yahya, yang merupakan tokoh Masyumi di Maninjau.

Nah soal kontroversi, patut kita ingat sebagai sejarah, kalau pada Oktober 2019, Arteria sempat beradu argumen dengan ekonom senior Emil Salim.

Ia memotong Emil ketika berbicara, lalu berdiri menunjuk-nunjuk sesepuh ekonom di Indonesia itu. Emil pun akhirnya dituding sesat.

Meski dikecam, ia menyebut sikapnya bentuk perjuangan ideologi dan menolak meminta maaf kepada Emil.

Sampai di situ saja? Tidak dong. Pada 28 Maret 2018, Arteria pernah memaki Kementerian Agama dengan kata 'bangsat' dalam rapat kerja Komisi III DPR. Sehari kemudian, ia meminta maaf.

Rekomendasi