Benarkah Biaya Hidup di Kota Solo Termurah se-Indonesia?

| 29 Jan 2021 14:57
Benarkah Biaya Hidup di Kota Solo Termurah se-Indonesia?
Kota Solo (Amalia Putri/eraid)

ERA.id - Kota Solo atau Surakarta beberapa kali mendapat predikat sebagai kota ternyaman bagi anak-anak, mahasiswa hingga orangtua. Biaya hidup di Solo juga diklaim sebagai salah satu yang termurah di Indonesia. Benarkah klaim tersebut?

Banyak mahasiswa dan pekerja muda merasa, Solo merupakan kota yang nyaman dan murah ditinggali. Hal ini dikarenakan biaya hidup yang murah dan kotanya cenderung tidak padat. Namun sayangnya dari sisi wisata, kota Solo memang masih belum dikemas secara matang. Ini juga yang membuat banyak wisatawan tidak memilih untuk long stay di kota Solo.

Hal ini dikatakan oleh salah seorang pekerja yang tinggal dan bekerja di kota Solo, Arga (28). Dirinya merasakan kota Solo ini sangat nyaman karena ramah di kantong. Jika dibandingkan dengan di Yogyakarta saat dirinya kuliah, Solo dirasa lebih murah.

”Makan di Solo ini cenderung murah. Hanya Rp10 ribu atau Rp12 ribu sudah dapat makan enak. Kalau di Jogja paling tidak harus Rp 15 ribu,” katanya.

Kota Solo (Amalia Putri/eraid)

Sedangkan dari segi tempat tinggal, di kota Solo juga lebih mudah mendapatkan kos nyaman dengan harga murah. Hanya dengan uang Rp300 ribu sudah mendapatkan kos dengan fasilitas standar yakni kasur dengan lemari meskipun kamar mandi tetap di luar kamar. Dari segi lokasi juga lebih nyaman karena di dekat kampus.

”Kalau di Jogja, uang Rp 400 ribu sudah sulit cari kos. Ada tapi pasti jauh dari pemukiman, itupun tidak dapat fasilitas apapun,” katanya.

Meskipun dari segi hiburan dan wisata, menurut Arga masih kurang. Dia menilai di Yogyakarta jauh lebih banyak hiburan dibandingkan di Solo. ”Kalau soal hiburan ya jauh kalau dengan Solo. Jogja ada sederet pantai dan banyak yang lainnya,” katanya.

Sementara itu Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Lukman Hakim mengatakan memang di kota Solo ini memiliki banyak kemudahan dan harga yang terjangkau untuk mendukung tinggal secara jangka panjang. Untuk itu pula banyak mahasiswa dari Jakarta yang memilih kuliah di UNS karena secara biaya hidup lebih murah. 

”Solo ini konsumsinya murah, biaya tinggalnya juga murah. Jadi orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya di Solo karena biayanya lebih terjangkau,” kata Lukman.

Dilihat dari pertumbuhan kota, Solo memiliki keuntungan secara tata kota. Lukman mencontohkan Solo memiliki Jalan Slamet Riyadi yang dinilai sangat representatif. Bahkan di jalan ini dilalui kereta feeder Wonogiri-Solo, Batara Kresna.

”Harusnya ini bisa menjadi daya tarik tersendiri. Pemandangan seperti itu sudah sangat jarang, Jakarta saja sudah tidak ada trem,”katanya.

Namun sayangnya menurut Lukman, Solo ini masih kurang ramah untuk wisata. Dari segi promosi, wisata di kota Solo ini masih sangat kurang. Jika melihat satu dekade lalu, Solo ini melayani penerbangan internasional sehari dua kali. Sayangnya saat ini sudah tidak ada penerbangan internasional yang turun di kota Solo.

”Saat itu saya sedang mengambil program Doktor di Malaysia. Saya dengan mudah berangkat dan pulang dari Solo saat itu,” ucapnya.

Sayangnya saat itu ada insentif dari maskapai, namun tidak diiringi promosi wisata yang baik. Sehingga daya pikat Solo untuk menarik wisatawan kurang.

”Harusnya saat ada di bandara ada brosur yang menawarkan wisata di kota Solo, supaya wisatawan juga betah bertahan di kota Solo,” ucapnya.

Menurutnya untuk kemasan wisata, di Solo masih kalah jauh dengan Yogyakarta. Tiap tahun, di Yogyakarta ada objek wisata baru yang dibuat oleh masyarakat sekitar. Hal ini yang menjadikan wisatawan betah di Yogyakarta.

”Orang Jogja itu lebih kreatif, buktinya disana ada banyak objek wisata. Seperti sentra batik, sentra kerajinan perak dan banyak objek wisata lain yang menarik daya pikat bagi pengunjung,” kata Lukman.

Rekomendasi