Kisah Sendu Nakes Bertugas pada Hari Idulfitri: Miris Lihat Orang Asyik Mudik dan Wisata

| 19 May 2021 06:52
Kisah Sendu Nakes Bertugas pada Hari Idulfitri: Miris Lihat Orang Asyik Mudik dan Wisata
Ilustrasi (Antara)

ERA.id - Masih 'ngeyel' untuk mudik, berkerumun atau berwisata? Sepertinya, kita harus membuka mata, kalau masih banyak orang yang memilih dan dituntut untuk bekerja, salah satunya mereka yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan yang harus berjibaku di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang.

Para tenaga kesehatan yang berasal dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Kota Bandung, mengungkapkan perasaan mereka yang pada libur lebaran tahun ini, bukan hanya mudik, tetapi tidak bersama keluarga terdekat.

Salah satunya Dokter Adhitya Wisnu, dia mengatakan kalau saat ini adalah tahun keempatnya lebaran tidak bersama keluarga, 2 tahun selama masa pandemi dan 2 tahun sebelum pandemi. Katanya, lebaran jauh dari keluarga saat pandemi tentu sangatlah berbeda.

"Kalau pas tidak ada pandemi, lalu saya harus lebaran di rumah sakit, setidaknya satu hari sebelumnya saya bisa bertemu istri dan anak-anak saya, sedangkan lebaran di rumah sakit saat pandemi, saya hanya bisa mengandalkan video call via WhatsApp," ungkap Adhitya dalam video conference, Selasa (18/5/2021).

Sebagai gantinya, adhitya menikmati lebaran bersama rekan-rekannya yang bertugas, baik di ruangan dokter maupun ruangan ICU, tempat para pasien COVID-19 ditangani.

"Rumah sakit menjadi rumah kedua saat merayakan lebaran, tahun ini kami mendapatkan suasana lebaran di sini, ada beberapa tamu dan petugas yang mendapatkan kiriman makanan khas lebaran, seperti opor, ketupat, kue-kue dan masih banyak lagi," kata Adhitya.

Tak hanya rasa syukur karena masih bisa merasakan lebaran walau di rumah sakit, Adhit tak pungkiri, kalau dirinya merindukan lebaran bersama keluarga.

Nakes Isolasi mandiri (Dok. era.id)

Dia juga mengatakan keprihatinannya, masih banyak orang yang meragukan keberadaan virus COVID-19, sehingga banyak yang mengabaikan aturan pemerintah terhadap prokes yang seharusnya dipatuhi.

"Saya melihat, banyak yang tidak percaya adanya COVID-19, padahal saya juga memiliki pengalaman pribadi, saya harus kehilangan bapak saya yang meninggal karena COVID-19, sebagai pasien, beliau melakukan perawatan kesehatan penanganan COVID-19 yang baik, sampai akhirnya harus meninggal 2 minggu setelah dinyatakan positif dan dimakamkan sesuai dengan protokol COVID-19," papar Adhit.

Bukan hanya Adhit, salah satu tenaga medis Rumah Sakit Hasan Sadikin, Budi Wahyudin mengungkapan kalau dirinya nyaris selama 16 tahun tidak pulang saat lebaran, apalagi saat ia harus menjadi tenaga medis selama masa pandemi ini.

Budi menceritakan, pengalamannya di tahun pertama COVID-19, saat itu awal penyekatan jalan-jalan Bandung sedang gencar dilakukan, sedangkan saat itu istrinya akan melahirkan, ia hanya menyerahkan kepada keluarga agar bisa membantu istrinya yang akan melahirkan.

"Saat itu, cuma bisa video call dan berkomunikasi dengan keluarga dan Alhamdulillah, walau tidak melihat secara langsung, anak saya lahir normal dengan berat badan 3,2 kilogram. Saat itu, nakes benar-benar tidak bisa mengunjungi keluarga sama sekali, kita langsung ditugaskan untuk menangani pasien COVID-19 yang setiap harinya bermunculan," ungkap Budi.

Sama seperti Adhitya, selama pandemi ini, Budi memiliki pengalaman yang sangat menyedihkan, sahabat yang dia anggap sebagai kakak selama bertugas, meninggal dunia karena terpapar COVID-19.

"Dia adalah orang yang saya anggap kakak disini, namun Tuhan berkehendak lain, dia meninggal karena terpapar COVID-19 dan kondisinya pada saat itu sedang hamil, bisa dibayangkan bukan hanya saya yang merasakan kehilangan semua perawat di sini sangat sedih," ungkap Budi yang berusaha menahan air tangis.

Menyoroti kondisi saat ini, banyak sekali orang yang mudik, berwisata padahal pemerintah sudah gencar melakukan pelarangan. Budi mengungkapkan rasa khawatirnya, kalau libur lebaran tahun ini memiliki potensi peningkatan kembali jumlah pasien yang terpapar COVID-19.

"Saya melihat di libur lebaran kali ini, banyak yang nekat mudik dan wisata, saya menilai adanya potensi meningkatnya angka positif di Indonesia, seperti halnya di India, dalam perayaan keagamaan yang di Sungai Gangga, itu seperti para wisatawan yang berwisata di pantai-pantai di Indonesia, khususnya di Jawa Barat," papar Budi.

Budi menyampaikan kepada para pemudik yang nanti akan mengalami arus balik dan wisatawan, agar bisa belajar dari negara lain, tidak perlu bersikeras untuk pulang kampung selama masa pandemi.

"Jangan sia-siakan pengorbanan kami, kami juga kehilangan teman, keluarga dan sosok baik. sehingga jang sia siakan pengorbanan kami, hilangkan ego untuk berargumen ingin pulang kampung karena ingin bertemu keluarga, jika nanti malah mengakibatkan peningkatan penyebaran COVID-19," tutup Budi.

Rekomendasi