Korban Banjir di Kota Serang Terancam Berbagai Penyakit, Pemprov Banten Buka 45 Posko Kesehatan

| 03 Mar 2022 23:00
Korban Banjir di Kota Serang Terancam Berbagai Penyakit, Pemprov Banten Buka 45 Posko Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti (M. Iqbal/ ERA)

ERA.id - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti menyatakan, korban banjir di Kota Serang terancam sejumlah penyakit. Penyakit tersebut yakni meningkatkan risiko penularan diare, infeksi pernafasan akut, penyakit kulit, hingga demam berdarah dengue (DBD).

"Untuk mengantisipasi hal itu, kami Pemprov Banten sudah membuka 45 posko kesehatan di daerah yang terdampak banjir. Posko kesehatan yang sudah dibuka terdiri atas 26 posko utama, 11 posko tambahan, dan delapan posko sementara,” ucapnya dalam keterangan resminya, Kamis (3/3/2022).

Ati memerinci, lima posko kesehatan utama, satu posko kesehatan tambahan, dan satu posko kesehatan sementara disediakan untuk melayani korban banjir di 10 lokasi yang tersebar di dua kecamatan di wilayah Kabupaten Pandeglang.

Selain itu, sebanyak 16 posko kesehatan utama, lima posko kesehatan tambahan, dan dua posko kesehatan sementara disediakan untuk melayani korban banjir di 16 lokasi yang tersebar di 10 kecamatan di Kabupaten Serang.

Posko kesehatan yang disediakan untuk melayani korban banjir di 19 lokasi di empat kecamatan di Kota Serang terdiri atas lima posko utama, lima posko tambahan, dan lima posko sementara.

Selanjutnya Ati menjelaskan, layanan Public Safety Center (PSC) 119 juga disiagakan di kabupaten dan kota Serang untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi korban banjir.

"Kita gunakan dua PSC 119. Jika terjadi (kondisi) darurat seluruh rumah sakit di tiga wilayah kabupaten/kota (terdampak banjir) siap menangani kasus yang ada. Sampai hari ini belum ada yang darurat," tutur dia.

Ati menyebutkan, posko pelayanan kesehatan akan dibuka sampai penanganan dampak banjir selesai. Dengan menurunkan tenaga kesehatan dari organisasi profesi, jadi para petugas itu berjaga dengan bergiliran sebab tidak tahu kapan bencana tersebut surut.

"Jadi ada yang surveilans, bagaimana menganalisa lingkungan tempat pengungsian, (dan mencegah) jangan sampai terjadi penyakit menular di lokasi pengungsian," jelasnya.

Rekomendasi