ERA.id - Sebagian dari Anda mungkin pernah mendengar berita tentang seseorang yang meneror orang lainnya dengan menunjukkan alat kelamin. Perilaku ini biasanya disebut sebagai aksi eksibisionis. Kira-kira, apa itu eksibisionis? Gangguan eksibisionis merupakan sebuah kondisi yang ditandai oleh fantasi, dorongan, maupun tindakan memperlihatkan atau mengekspos alat kelamin seseorang kepada orang asing yang tidak menyukai atau menginginkannya.
Keadaan ini dianggap pula sebagai parafilia, yang berdasarkan pola gairah seksual atipikal persisten, intens, dan juga diikuti gangguan secara klinis.
Orang yang memiliki gangguan eksibisionis kemungkinan mempunyai preferensi untuk memperlihatkan alat kelamin kepada korban, antara lain anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun keduanya. Kondisi ini dapat dikatakan merupakan gangguan kepribadian, sebab pelaku tidak memiliki rasa malu sama sekali saat menunjukkan alat kelaminnya. Justru sebaliknya, muncul perasaan semangat dalam diri pelaku saat orang lain melihatnya dan merasa terancam.
Pertanyaan berikutnya, kira-kira apa saja faktor yang mengakibatkan seseorang mengalami gangguan eksibisionis?
Penyebab dari Gangguan Eksibisionis
Gangguan eksibisionisme pada umumnya muncul pada masa dewasa muda. Penyebab dari gangguan kepribadian ini sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diperkirakan dapat memicunya, antara lain:
- Penyalahgunaan zat.
- Gangguan parafilia.
- Gangguan kepribadian antisosial.
Sementara itu, ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara gangguan eksibisionis dan pelecehan seksual yang terjadi di masa kanak-kanak, atau hiperseksualitas, yang ditetapkan sebagai faktor risiko potensial berkembangnya gangguan. Namun, pendapat ini belum disertai data yang dapat mendukung pembuktiannya.
Eksibisionis terbagi ke dalam dua jenis untuk saat ini, yaitu:
1. Eksibisionis murni
Jenis eksibisionis ini ditandai dengan menunjukkan organ seksual mereka kepada orang lain dari jarak yang jauh. Pelaku memiliki anggapan bahwa respon terkejut dari korban merupakan bentuk minat seksual. Dalam pikiran pelaku, dirinya tengah menjalani bentuk flirting (menggoda).
Kemunculan gangguan eksibisionis ini umumnya terjadi pada masa remaja akhir maupun awal masa dewasa. Kondisi ini serupa dengan preferensi seksual yang lain. Gangguan ini bisa dikarenakan minat seks yang tidak tersalurkan. Namun, perilaku tersebut biasanya dapat berkurang seiring bertambahnya usia atau kedewasaan.
Walaupun perilaku tersebut tidak berbahaya bagi korban, tapi beberapa eksibisionis berpotensi untuk melakukan kejahatan seksual, seperti pemerkosaan.
2. Eksibisionis eksklusif
Jenis eksibisionis eksklusif muncul karena keinginan seseorang yang berupaya untuk mempunyai hubungan romantis, dan mereka yang tidak mampu menjalankan hubungan seksual secara normal. Menunjukkan alat kelamin merupakan cara mereka untuk meraih kepuasan seksual. Namun, jenis gangguan eksibisionis ini jarang terjadi.
Apakah Gangguan Eksibisionis dapat Disembuhkan?
Kebanyakan orang yang mengalami gangguan eksibisionis tidak mengupayakan pengobatan sendiri. Dan tidak mencari pengobatan hingga mereka tertangkap dan diwajibkan untuk menjalankan pengobatan oleh pihak berwenang. Pengidap eksibisionis sangat disarankan untuk menjalani pengobatan secara dini agar gangguan tersebut dapat ditangani.
Terapi bagi pelaku eksibisionis
Pengobatan eksibisionis pada umumnya mencakup psikoterapi dan pengobatan medis. Penelitian menyimpulkan bahwa perawatan terapeutik efektif untuk menyembuhkan gangguan tersebut. Perawatan tersebut dilakukan dengan alat untuk mengontrol impuls pengidap, dan mendapatkan cara yang lebih bisa diterima untuk mengantisipasi dorongan memperlihatkan alat kelamin pada orang lain.
Selain itu, terapi perilaku kognitif juga dapat mengidentifikasi pemicu yang mengakibatkan dorongan pengidap, dan selanjutnya mengelola dorongan tersebut dengan cara yang lebih tepat dan sehat.
Pendekatan psikoterapi lainnya juga dapat dilakukan. Misalnya pelatihan empati, pelatihan relaksasi, pelatihan keterampilan untuk penanganan munculnya hasrat seksual, dan juga restrukturisasi kognitif (mengidentifikasi dan mengubah pikiran yang mengarah pada eksibisionisme).
Beberapa obat-obatan juga dapat membantu penyembuhan gangguan eksibisionis. Misalnya obat-obatan yang menghambat produksi hormon seksual, yang mengakibatkan turunnya hasrat seksual. Untuk mengurangi hasrat seksual, beberapa obat yang biasanya digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan suasana juga dapat dikonsumsi oleh penderita.
Demikianlah penjelasan tentang apa itu eksibisionis, penyebab, beserta cara penanganan yang dapat diberikan. Jika Anda memiliki kerabat atau orang terdekat yang mengalami gangguan sejenis, segeralah ajak untuk konsultasi dengan ahli kesehatan mental yang profesional.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…