Perbedaan Koma dan Kritis, Simak Pengertiannya Berikut

| 07 Mar 2023 21:05
Perbedaan Koma dan Kritis, Simak Pengertiannya Berikut
Ilustrasi koma (Pixabay)

ERA.id - Tentunya kita semua berharap agar diri kita tetap sehat dan terhindar dari segala penyakit. Apalagi jika sampai mengalami kondisi kritis maupun koma. Banyak orang yang mengatakan bahwa koma sama halnya dengan kondisi tidur panjang. Namun, tahukah Anda, seseorang yang mengalami kondisi koma tidak mampu merasakan rangsangan apa pun, walaupun jenis rangsangan tersebut terasa begitu menyakitkan. Dalam artikel ini akan dibahas perbedaan koma dan kritis. Simak penjelasan di bawah ini.

Perbedaan Koma dan Kritis

Kondisi koma merupakan situasi darurat medis yang dirasakan seseorang ketika berada dalam kondisi tidak sadar. Ketidaksadaran ini dikarenakan menurunnya aktivitas otak yang dipicu oleh beberapa kondisi pada otak. Walaupun dalam keadaan tidak sadar, sebagian pasien yang masuk dalam kondisi koma masih bisa bernapas dengan biasa dan spontan.

Sementara itu, pasien kritis merupakan pasien yang memiliki ketidakstabilan secara fisiologis, mengalami kegagalan pada banyak organ, ketergantungan pada ventilator, dan membutuhkan bantuan alat medis yang memadai. Adapun karakteristik pasien yang dirawat di ICU adalah pasien sakit kritis yang membutuhkan pemantauan secara terus menerus beserta tindakan cepat untuk mencegah terjadinya dekompensasi fisiologis.

Seseorang memiliki peluang sembuh dari keadaan koma tergantung dari tingkat aktivitas gelombang otaknya. Ketika seseorang siuman dari koma, perlahan pasien tersebut akan menyadari kondisi yang sebenarnya dan dapat menerima rangsangan seperti sentuhan ataupun rasa sakit.

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Seseorang Mengalami Koma?

Keadaan koma tentunya berbeda dengan kondisi tidur. Pasien yang mengalami keadaan koma tidak mampu bangun walaupun menerima banyak rangsangan. Selain itu, seseorang dalam kondisi koma tidak mampu memenuhi kebutuhan jasmaninya sendiri seperti buang air kecil maupun buang air besar.

Ilustrasi David yang sedang koma (Foto: Twitter @seeksixsuck)

Hal tersebut terjadi karena seseorang yang mengalami koma terjadi pembengkakan atau perdarahan pada jaringan otak. Pembengkakan yang terjadi pada otak menjadikan organ otak dalam tengkorak terhimpit dan otak mengalami tekanan yang cukup besar. Sehingga oksigen yang mengalir menuju otak pun menjadi tidak lancar atau terhambat.

Kekurangan oksigen pada otak menjadikan kinerja otak terganggu. Oleh karena itu, otak tidak mampu mengeluarkan cairan ataupun zat beracun dari tubuh. Hal ini mengakibatkan penggenangan cairan dalam organ otak. Kondisi ini membuat seseorang menjadi koma namun masih dinyatakan hidup.

Kesembuhan dari seseorang yang mengalami koma bergantung pada bagian otaknya. Ketika otak sudah kembali normal, maka semua fungsi tubuh akan kembali seperti semula. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh dokter untuk memulihkan kondisi seseorang yang mengalami koma, misalnya menyedot cairan, mencegah pembengkakan pada otak, menyuplai oksigen untuk mencukupi kebutuhan tubuh, memperbaiki jaringan yang rusak dan mengobati organ yang sudah rusak cukup parah.

Apa Saja Tingkatan Koma?

Tingkat kesadaran seseorang yang ada pada konisi koma ditentukan dari skala koma Glasgow (GCS). Ada tiga hal yang diukur dari skala ini, antara lain:

1. Pembukaan Mata

Seseorang yang mengalami koma diukur dari bagaimana refleks spontan dalam membuka mata. Jika ia mampu membuka mata secara spontan, maka kondisi pasien dinilai semakin baik.

2. Respons Verbal terhadap Perintah Semakin Baik

Pada bagian ini kesadaran pasien akan ditentukan. Jika seorang pasien mampu mengikuti apa yang dikatakan atau diperintahkan tim medis, artinya pasien masih ada pada tahap sadar dan dapat berkomunikasi.

3. Respons Gerakan terhadap Sebuah Perintah

Pada tahap ini, kondisi pasien terhadap gerakan juga akan ditentukan. Semakin pasien memberikan respons kepada tim medis, maka akan dinilai semakin baik.

Pasien yang sembuh dari koma akan mengalami kesadaran secara bertahap. Ada yang sembuh secara total, namun ada juga yang mengalami komplikasi penyakit lain karena fungsi otak menjadi menurun seperti kelumpuhan pada tubuh. Namun, kemungkinan besar, seseorang tidak dapat pulih total dari koma.

Demikianlah penjelasan mengenai perbedaan koma dan kritis, dari sini kita memahami bahwa perbedaan dari kedua hal tersebut terletak pada kondisi yang dialami oleh pasiennya.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…

Rekomendasi