ERA.id - Sebuah studi di Nanjing University Medical School di China merlis, bahwa hanya sebagian kecil pasien yang sembuh dari COVID-19 yang bisa membangun kekebalan kuat dalam melawan virus. Sebab, Lebih dari 80 persen pasien sembuh COVID-19 memiliki tingkat antibodi yang berbeda-beda.
Para ilmuwan di universitas tersebut menemukan bahwa satu dari lima pasien tidak memiliki antibodi yang mampu melawan virus setelah keluar dari rumah sakit. Lebih lanjut, tingkat antibodi pada pasien menurun secara signifikan antara tiga hingga empat minggu kemudian atau sebulan.
Kesimpulan itu diperoleh setelah para ilmuwan memantau respons antibodi pada 19 pasien Covid-19 tidak parah dan tujuh pasien COVID-19 parah selama tujuh minggu sejak awal didiagnosis.
"Manggapan antibodi terhadap virus corona akan memberikan informasi mendasar untuk mengembangkan pengobatan dan vaksin yang efektif. Maka, masih dipertanyakan apakah pasien yang pulih tetap rentan terhadap infeksi ulang," tulis catatan dari hasil penemuan peneliti, dikutip dari Independent, Selasa (15/9/2020).
Dalam studi ini juga dimuat bahwa pentingnya pemilihan sampel plasma darah dengan hati-hati dari pasien pulih yang akan diberikan ke pasien COVID-19. Disarankan, perlu menggunakan tes netralisasi antibodi sebelum transfusi.
Sebagai informasi, sebelumnya penelitian dari King's College London juga menemukan, 60 persen orang yang terinfeksi menunjukkan tingkat antibodi yang efektif hanya dalam dua minggu setelah bergejala.
Profesor Danny Altmann, juru bicara British Society for Immunology mengatakan, namun angka antibodi turun menjadi kurang dari 17 persen setelah tiga bulan. Studi seperti ini adalah bagian penting untuk memahami siapa yang memiliki kekebalan dan berapa lama.