ERA.id - Gangguan sistem jaringan internet melanda sejumlah negara besar yang meliputi Amerika Serikat, Singapura, Austarlia, Malaysia, serta Eropa. Gangguan ini menyababkan sektro pelayanan publik lumpuh.
Gangguan sistem jaringan ini terjadi pada Windows milik Microsoft yang diduga berasal dari perangkat lunak keamanan siber yang berbasis di Amerika Serikat, CrowdStrike.
"CrowdStrike mengetahui laporan kerusakan pada Windows terkait dengan Sensor Falcon," kata perusahaan itu dalam situsnya, dikutip Anadolu, Jumat (19/7/2024).
Gangguan tersebut dipastikan bukan disebabkan oleh serangan siber.
George Kurtz, CEO CrowdStrike, mengatakan perusahaannya secara aktif bekerja dengan pelanggan yang terkena dampak cacat yang ditemukan dalam pembaruan konten tunggal untuk host Windows.
"Ini bukan insiden keamanan atau serangan siber. Masalah ini telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah dilakukan,” tegasnya.
Kurtz meminta para pelanggan untuk memperbarui perangkat mereka dari portal dukungan, sementara perusahaan akan terus memberikan pembaruan yang lengkap terkait gangguan yang terjadi.
"Kami selanjutnya merekomendasikan organisasi untuk memastikan mereka berkomunikasi dengan perwakilan CrowdStrike melalui saluran resmi. Tim kami dikerahkan sepenuhnya untuk memastikan keamanan dan stabilitas pelanggan CrowdStrike,” tambahnya.
Dia juga mengatakan host Mac dan Linux tidak terkena dampak pemadaman ini.
Sementara itu, Troy Hunt, direktur regional di Microsoft, mengatakan pada platform X bahwa masalah ini bukanlah “pemadaman Microsoft”, melainkan masalah CrowdStrike yang berdampak pada PC Microsoft.
Microsoft juga menyatakan bahwa layanannya, PowerBI, Microsoft Fabric, Microsoft Teams, pusat admin Microsoft 365, terpengaruh oleh pemadaman TI.
"Kami memantau dengan cermat data telemetri kami untuk memastikan tren peningkatan ini terus berlanjut seiring dengan kemajuan tindakan mitigasi kami," katanya.
Pemadaman TI sejauh ini telah berdampak pada banyak sektor mulai dari penerbangan hingga kesehatan dan saluran TV.