WHO: Kelompok Muda dan Sehat Baru Akan Divaksin COVID-19 pada 2022

| 15 Oct 2020 14:35
WHO: Kelompok Muda dan Sehat Baru Akan Divaksin COVID-19 pada 2022
Ilustrasi: Warga usia muda dan berbadan sehat mungkin baru akan mendapat giliran vaksinasi COVID-19 pada tahun 2022. (Foto: National Cancer Institute/Unsplash)

ERA.id - Vaksinasi terhadap COVID-19 untuk warga usia muda dan yang berbadan sehat baru akan dilakukan pada 2022, seperti disampaikan kepala peneliti Badan Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan. Tenaga medis dan pekerja di garda depan lebih didahulukan.

Soumya mengindikasikan bahwa, meski ada banyak kandidat vaksin yang tengah diuji klinis, produksi masal vaksin tersebut tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat. Saat ini para pengelola di berbagai negara tengah berunding mengenai siapa kelompok yang nantinya akan diprioritaskan sebagai penerima vaksin COVDI-19 dalam jumlah terbatas itu.

"Kebanyakan orang setuju, kelompok yang harus diprioritaskan adalah tenaga kesehatan dan pekerja garda depan. Namun, Anda pun harus menilai siapa di antara mereka yang paling rentan. Setelah itu kita perlu memikirkan kaum lansia, dan lain-lainnya," kata Soumya, seperti dilansir The Guardian.

Foto Soumya Swaminathan
Kepala Peneliti WHO, Soumya Swaminathan, mengatakan bahwa warga usia muda dan berbadan sehat perlu menunggu giliran vaksinasi COVID-19 hingga tahun 2022. (Foto: EPA-EFE)

"Akan ada banyak panduan yang kami keluarkan nantinya, namun, menurut saya warga pada umumnya, yaitu yang berusia muda dan berbadan sehat, perlu menunggu giliran vaksinasi hingga tahun 2022," kata dia, sembari berharap bahwa setidaknya akan ada satu produk vaksin COVID-19 yang terbukti efektif pada tahun 2021 nanti.

Sebelumnya, uji klinis dua kandidat vaksin korona, dari Johnson & Johnson dan AstraZeneca, harus dihentikan sementara atas alasan evaluasi. Di masing-masing produk vaksin tersebut, ada satu volunter yang tubuhnya menunjukkan reaksi yang tidak biasa. Ini satu insiden yang lumrah ditemui dalam uji klinis vaksin.

Kepala peneliti WHO itu juga mengingatkan agar dunia tidak terkecoh dengan tingkat mortalitas virus COVID-19, yaitu sekitar 2,83 persen.

"Naiknya angka kematian selalu berjarak beberapa pekan setelah meningkatnya jumlah kasus infeksi," kata dia. "Janganlah bertindak jumawa, merasa bahwa angka kematian virus ini tengah menurun."

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin: Tak Masalah Vaksin COVID-19 dari China Tak Halal

Sejumlah negara baru-baru ini melaporkan lonjakan jumlah infeksi COVID-19 harian. Di Jerman, catatan harian kasus COVID-19 telah mencapai 6.638 kasus, menjadi yang terburuk sejak 28 Maret lalu.

Jumlah kasus positif COVID-19 global saat ini menembus angka 38,4 juta, dengan 1,09 juta di antaranya meninggal dunia. Amerika Serikat masih menjadi negara yang mengalami dampak terparah, dengan kasus positif COVID-19 mencapai hampir 8 juta kasus dan kasus kematian akibat COVID-19 mencapai 216.000 kasus.

Rekomendasi