Jumlah Kasus COVID-19 di Benua Eropa Sentuh Angka 10 Juta

| 02 Nov 2020 07:48
Jumlah Kasus COVID-19 di Benua Eropa Sentuh Angka 10 Juta
Bendera Uni Eropa. (Foto: Christian Wiediger/Unsplash)

ERA.id - Jumlah kasus baru COVID-19 di benua Eropa berlipat ganda dalam lima pekan terakhir, membuat jumlah kasus infeksi korona di Eropa mencapai angka 10 juta, Minggu (1/11/2020).

Situasi terkini wabah COVID-19 di Eropa mengikuti perkembangan serupa di kawasan Amerika Latin dan Asia yang juga telah melaporkan adanya 10 juta kasus COVID-19 di kawasan masing-masing. Sementara itu, di Amerika Serikat sendiri wabah korona bergulir cepat hingga menginfeksi 9 juta warga AS, per Senin (2/11/2020) seperti dilaporkan Reuters.

Meski wabah di Eropa perlu waktu sembilan bulan untuk mencapai angka 5 juta kasus COVID-19, namun, negara-negara di benua tersebut hanya perlu waktu lima pekan berikutnya untuk melipat gandakan jumlah infeksi korona.

Berdasarkan analisa Reuters, dengan besar populasi 10 persen dari total populasi dunia, Eropa kini menyumbang 22 persen dari total infeksi COVID-19 global yang mencapai 46,3 juta kasus.

Tingkat kematian akibat COVID-19 di Eropa setara 23 persen, atau 269.000 kasus, dari total kasus kematian COVID-19 secara global yang telah mencapai 1,2 juta kasus.

Di tengah meningkatnya jumlah infeksi baru COVID-19, negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris menerapkan karantina total (lockdown) berskala nasional setidaknya selama sebulan ke depan. Negara Eropa lainnya, seperti Portugal, memilih untuk menerapkan karantina wilayah sebagian. Sementara itu, Spanyol dan Italia lebih memilih memperketat aturan pembatasan sosial setempat.

Saat ini, di setiap 10.000 populasi Eropa, terdapat 127 kasus infeksi COVID-19 dan sekitar 4 di antaranya meninggal dunia. Kawasan Eropa Timur dikabarkan menyumbang sepertiga dari total kasus COVID-19 di Eropa, namun, angka kematian akibat COVID-19 lebih banyak terjadi di Eropa Selatan.

Saat ini pemerintahan di Eropa berusaha menjawab kritikan mengenai lemahnya koordinasi di antara mereka, serta gagalnya negara-negara di Eropa dalam memanfaatkan masa musim panas, di mana kasus COVID-19 melandai, untuk memperkuat sistem kesehatan setempat.

Rekomendasi