Vaksin COVID-19 AstraZeneca Pacu Imunitas di Kalangan Lansia

| 19 Nov 2020 19:50
Vaksin COVID-19 AstraZeneca Pacu Imunitas di Kalangan Lansia
Botol uji bertanda Vaksin terlihat di depan logo AstraZeneca dalam gambar ini, yang difoto pada 9 Septembe, 2020. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration (REUTERS/DADO RUVIC)

ERA.id - Calon vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca bersama Universitas Oxford menghasilkan respons imun yang kuat pada relawan lanjut usia sehingga memberi harapan bahwa vaksin ini mampu melindungi mereka yang paling rentan terhadap infeksi COVID-19.

Data tersebut, yang dilaporkan sebagian bulan lalu namun diterbitkan secara lengkap di jurnal medis The Lancet pada Kamis (19/11/2020), menunjukkan bahwa mereka yang berusia di atas 70 tahun, dan yang berisiko memiliki penyakit serius dan meninggal akibat COVID-19, dapat membangun imun yang kuat terhadap infeksi virus korona baru itu.

"Harapan kami meningkat melihat respons antibodi dan sel T yang kuat, yang terlihat pada orang yang lebih tua dalam riset kami," kata Maheshi Ramasamy, konsultan sekaligus peneliti di Grup Vaksin Oxford, seperti dilansir ANTARA.

"Populasi yang berisiko tinggi penyakit serius COVID-19 mencakup orang dengan kondisi kesehatan yang sudah ada dan orang dewasa yang lebih tua. Kami berharap bahwa ini artinya vaksin kami membantu melindungi orang-orang yang paling rentan dalam masyarakat, namun penelitian lebih dalam perlu dilakukan sebelum kami dapat memastikan hal itu."

Tahap akhir, atau Fase III, sedang berlangsung untuk memastikan temuan tersebut sekaligus menguji apakah vaksin melindungi terhadap infeksi SARS-CoV-2 pada berbagai kalangan usia, termasuk orang dengan riwayat penyakit.

Data efisiensi awal uji klinis fase 3 akan muncul "kemungkinan dalam beberapa pekan ke depan", demikian tertulis dalam laporan jurnal The Lancet.

Calon vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca, yang disebut AZD1222 atau ChAdOx1 nCoV-19, menjadi salah satu pelopor dalam upaya global pengembangan vaksin virus corona atau SARS-CoV-2.

Berbeda dengan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, di mana keduanya menggunakan teknologi baru yang dikenal sebagai mRNA (messenger RNA), vaksin eksperimental AstraZeneca merupakan vaksin vektor virus yang terbuat dari versi lemah virus flu yang ditemukan pada simpanse.

Menurut the Lancet, uji coba Tahap II melibatkan total 560 relawan, dengan 160 relawan berusia 18-55 tahun, 160 relawan berusia 56-69 tahun, dan 240 relawan di atas 70 tahun.

Relawan mendapat dua dosis vaksin atau plasebo, dan tidak ada efek samping yang serius terkait vaksin AZD1222 yang dilaporkan, katanya.

AstraZeneca menanda tangani sejumlah kontrak manufaktur dan pemasokan dengan perusahaan dan pemerintah di seluruh dunia saat pihaknya hampir melaporkan hasil uji klinis tahap akhir.

 

 

Rekomendasi