ERA.id - Para demonstran pendukung Donald Trump berdemonstrasi atas hasil pemilihan presiden Amerika Serikat yang menempatkan Joe Biden sebagai presiden terpilih menggantikan Trump.
Dilansir BBC, mereka berdemo menggunakan senjata, memecah jendela dan bentrok dengan aparat dalam penyerbuan ke Gedung Capitol, Washington DC. Karena aksi mereka, rapat pengesahan Joe Biden sebagai presiden dihentikan.
Presiden terpilih Biden sendiri dalam pidatonya dari Wilmington, Delaware, menyerukan kepada pendukung Trump untuk mundur dan membuka demokrasi berjalan. "Ini bukan protes, ini pemberontakan," kata Biden, dan meminta Donald Trump untuk "bergerak", berbicara di televisi dan "meminta mengakhiri pengepungan ini."
"Cukup, cukup," katanya.
Bahkan Shomari Stone, reporter dari NBC DC, mengunggah sebuah video yang memperlihatkan gelombang protes dari massa pendukung Trump, merusak alat kerja seperti kamera yang digunakan wartawan.
"Massa pendukung Trump mengerumuni media di dekat Capitol AS. Mereka meneriakkan apa yang sering dikatakan Trump, "media adalah musuh rakyat." Mereka menghancurkan peralatan dan mengusir wartawan. Saya belum pernah melihat kejadian yang seperti ini dalam 20 tahun karier saya," tulis Shomari Stone dalam cuitannya di Twitter.
BREAKING. Mob of Trump supporters swarm the media near the US Capitol. They yell what Trump frequently says, “the media is the enemy of the people.” They destroy equipment and chased out reporters. I’ve never seen anything like this in my 20 year career: @nbcwashington @MSNBC pic.twitter.com/3VLC07JQR2
— Shomari Stone (@shomaristone) January 6, 2021
Sejumlah laporan menyebutkan, untuk menghentikan demonstrasi yang beringas tersebut, petugas menggunakan senjata dan paling tidak satu orang ditembak. Sementara seorang perempuan dilaporkan dalam kondisi kritis setelah mengalami luka di leher. Bahkan, polisi menodongkan pistol saat demonstran mencoba masuk ke ruangan pertemuan.
Kini suasana mencekam. Teriakan "Kami ingin Trump" terdengar di koridor saat media dan para anggota dewan dan Senat diungsikan ke tempat yang tidak disebutkan.
Tak lama setelah Biden berpidato, Trump membagikan video melalui Twitternya. "Saya tahu rasa sakit Anda. Saya tahu kepedihan Anda," kata Trump, Ia juga mengatakan pemilu "dicuri", yang sebenarnya didasari klaim yang tak terbukti, menurut BBC.
"Semua orang tahu itu, khususnya pihak sebelah. Namun Anda harus pulang sekarang."
I am asking for everyone at the U.S. Capitol to remain peaceful. No violence! Remember, WE are the Party of Law & Order – respect the Law and our great men and women in Blue. Thank you!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 6, 2021
Twitter menggambarkan tanggapan Trump melalui video itu sebagai pernyataan dengan "risiko kekerasan." Kini, setelah dicek lebih jauh, 2 cuitan Trump sudah terhapus. Kemungkin besar, pihak Twitter menurunkan konten tersebut. Yang terakhir, cuitan Trump hanyalah berisi,"Saya meminta semua orang di US Capitol untuk tetap damai. Tidak ada kekerasan!"
Akhirnya, sejumlah pemimpin dunia termasuk Kanada, Inggris dan Belanda mengecam kerusuhan itu. Menjelang jam malam yang ditetapkan mulai pukul 18:00 waktu setempat (06:00 WIB Kamis), pejabat AS mengatakan Gedung Capitol sudah diamankan.
Wakil Presiden Mike Pence yang memimpin rapat pengesahan itu mengatakan, sebelumnya ia tidak akan memblok pengesahan Biden, seperti yang diminta oleh Trump. Pence meminta para pendukung Trump untuk meninggalkan gedung dan berhenti bentrok.
"Serangan terhadap Capitol kita tak akan dibiarkan dan mereka yang terlibat akan ditindak sesuai dengan hukum," kata Pence dalam cuitannya.
Sekadar diketahui, pengesahan Kongres ini merupakan langkah terakhir sebelum Biden dan wakilnya Kamala Harris dilantik pada 20 Januari. Para anggota senat dan DPR yang berada di gedung mengatakan, mereka diminta untuk evakuasi dan berlindung serta mengenakan masker gas air mata.
Lain halnya dengan jurnalis NBC, wartawan BBC, Nick Bryant yang berada di dalam gedung itu mengatakan mengungkapkan pengalamannya, "Saya mulai meliput di Washington sejak tahun 1990-an. Tak pernah melihat yang seperti ini. Ini tragis."