Kim Jong-un: AS Tetap 'Musuh Terbesar' Korut Meski Presiden Berganti

| 09 Jan 2021 11:40
Kim Jong-un: AS Tetap 'Musuh Terbesar' Korut Meski Presiden Berganti
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa lokasi rekonstruksi di daerah Kimhwa, dalam gambar ini dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) pada 1 Oktober 2020. (ANTARA FOTO/KCNA via REUTERS/pras)

ERA.id - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut Amerika Serikat sebagai "musuh terbesar" dan mengatakan kebijakan permusuhan Washington terhadap Korea Utara tidak akan berubah terlepas dari siapa yang menempati Gedung Putih, media setempat melaporkan pada Sabtu (9/1/2021).

Berbicara di kongres partai di Pyongyang beberapa hari sebelum Presiden terpilih AS Joe Biden menjabat, Kim mengatakan bahwa mencabut kebijakan bermusuhan itu akan menjadi kunci bagi hubungan Korea Utara - AS, kantor berita negara KCNA mengatakan.

"Kegiatan politik luar negeri kami harus difokuskan dan diarahkan kembali untuk menundukkan AS, musuh terbesar kami dan hambatan utama bagi perkembangan inovatif kami," kata Kim pada Jumat, menurut laporan KCNA mengenai sambutannya.

"Tak masalah siapa yang berkuasa di AS, watak sejati AS dan kebijakan fundamentalnya terhadap Korea Utara tidak pernah berubah," kata Kim, yang bersumpah untuk memperluas hubungan dengan "pasukan anti imperialis, independen" dan menyerukan perluasan kemampuan nuklir. .

Belum ada komentar langsung dari Departemen Luar Negeri AS. Seorang juru bicara kampanye Biden menolak berkomentar.

Biden, yang merupakan wakil presiden di bawah Presiden Barack Obama, menyebut Kim sebagai "dungu" selama kampanye pemilihan, dan pada 2019 Korea Utara menyebut Biden sebagai "anjing gila" yang perlu "dipukuli dengan tongkat hingga mati."

Kim melakukan tiga pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Presiden AS Donald Trump dan keduanya berkorespondensi dalam serangkaian surat, tapi upaya itu gagal mengarah pada kesepakatan denuklirisasi atau perubahan resmi dalam hubungan kedua negara.

Biden mengatakan pada Oktober bahwa dia hanya akan bertemu Kim dengan syarat bahwa Korea Utara akan setuju untuk menurunkan kapasitas nuklirnya.

Bulan lalu Kurt Campbell, diplomat tertinggi AS untuk Asia Timur di bawah Obama dan dipandang sebagai salah satu kandidat untuk posisi kebijakan teratas Asia di bawah Biden, mengatakan pemerintah AS yang akan datang harus membuat keputusan awal tentang pendekatan apa yang akan diambil dengan Korea Utara dan tidak mengulangi penundaan era Obama.

Kim menyerukan lebih banyak penelitian dan pengembangan peralatan militer canggih, termasuk satelit mata-mata, senjata hipersonik, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, dan pesawat pengintai nirawak.

Dia juga mengatakan penelitian mengenai kapal selam nuklir hampir selesai.

Korea Utara tidak akan "menyalahgunakan" senjata nuklirnya, kata Kim, tapi menyerukan untuk memperluas persenjataan nuklir negara itu, termasuk kemampuan serangan preemptif serta "pembalasan", dan hulu ledak yang dibuat dalam berbagai ukuran.

Rekomendasi